UNAIR NEWS – Sejumlah kebijakan dan program kerja (proker) empat komisi Senat Akademik Universitas Airlangga tahun 2018 disetujui pada Jum’at (23/2). Bertempat di Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, ketukan palu Sekretaris Senat Akademik UNAIR Iman Prihandono, SH., MH., LL.M., Ph.D., menutup rapat kerja tersebut sekaligus menandai persetujuan itu.
Diskusi alot selama 4,5 jam mewarnai pengambilan keputusan persetujuan tersebut. Mewakili Ketua Senat Akademik UNAIR Prof. Dr. Joewono Soeroso, dr., M. Sc., Sp. PD. K-R., FINASIM., Iman memimpin rapat kerja itu. Dia juga mengakui bahwa terdapat beberapa revisi peraturan serta usulan program kerja yang baru.
“Medical check-up untuk para dosen dan tendik (tenaga kependidikan, Red)Â menjadi salah satu usulannya,” ujarnya.
Dalam rapat kerja tersebut, setiap komisi yang terdiri atas pakar UNAIR lintas bidang tersebut bergantian menyampaikan proker setahun ke depan. Sementara itu, komisi yang lain, juga anggota senat akademik, memberikan sejumlah tanggapan dan pandangan.
Terdapat empat komisi senat akademik di UNAIR. Yakni, Komisi 1 yang diketuai Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs (Hons); Komisi 2, Prof. Dr. Suwarno, drh., M.Si; Komisi 3, Prof. Dr. Widi Hidayat, M. Si., Ak.; dan Komisi 4, Prof. Dr. Sri Subekti, DEA., drh.
Komisi 1 memiliki bidang tugas yang berkaitan dengan akademik dan kemahasiswaan. Komisi 2 adalah sumber daya dan infrastruktur. Komisi 3, yaitu kelembagaan, perencanaan, dan pengawasan. Serta, komisi 4 merupakan bidang penelitian, pengabdian masyarakat, kerja sama, dan alumni.

Memberikan usulan pembahasaan raker, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Dr. R. Darmawan, drg., M. Kes., mengakui bahwa ada beberapa permasalahan mendasar yang belum menemui kesepakatan antar sivitas selama ini. Misalnya, pengertian dan definisi konsep jargon UNAIR, yaitu “Excelence with Morality”.
“Saat melakukan akreditasi AUN (Airlangga University Network, Red) kemarin, pengertian Excelence with Morality juga menjadi pertanyaan,” sebutnya. “Seringnya pula antar sivitas berbeda. Excelence with morality yang bagaimana?” imbuh anggota Komisi 2 Senat Akademik UNAIR tersebut.
Selain itu, tantangan menghadapi generasi Z, generasi yang lahir mulai 1995 hingga medio 2000-an, menjadi salah satu topik yang didiskusikan. Terutama berkaitan dengan kebijakan menghadapi tantangan era digitalisasi terhadap kualitas mahasiswa serta metode pendidikan.
“Saat ini mahasiswa cenderung malas membaca. Mereka cenderung menghafal ppt tanpa membaca referensi, baik buku maupun jurnal,” ungkap Prof. Ramlan Surbakti, Drs., MA., Ph.D.
Dengan berbagai usulan, diskusi, serta pertimbangan tersebut, rapat kerja itu menghasilkan 2 kebijakan dan 1 keputusan serta total sekitar 22 proker yang disetujui oleh forum. “Alhamdulillah, semoga ke depan berbagai target dan program kerja yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tak banyak kendala,” tutur Prof. Yuwono menutup rapat kerja tersebut. (*)
Penulis: Feri Fenoria
Editor: Binti Q. Masruroh