n

Universitas Airlangga Official Website

Tiga Bidang Akademik Perlu Diakselerasi Segera

UNAIR NEWS – Ada tiga hal yang perlu diakselerasi untuk meningkatkan reputasi akademik di lingkungan sivitas Universitas Airlangga. Ketiga hal itu adalah penambahan jumlah doktor, peningkatan mobilitas akademik ke luar negeri, dan peningkatan publikasi jurnal internasional bereputasi.

Hal itu diutarakan oleh Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan UNAIR Badri Munir Sukoco, Ph.D, untuk menanggapi peringkat terbaru UNAIR pada lembaga pemeringkatan kampus dunia Quacquarelli Symonds (QS). Lembaga QS baru saja merilis hasil peringkat terbaru perguruan tinggi, Selasa (6/9) waktu Indonesia. Dari hasil pemeringkatan itu, Universitas Airlangga menduduki peringkat ke-703 pada tahun 2016/2017. Posisi itu meningkat dari sebelumnya yakni 705. Sementara itu di level Asia, UNAIR menduduki peringkat ke-190, dan di Indonesia peringkat ke-4.

UNAIR sudah memiliki beberapa langkah untuk meningkatkan jumlah publikasi pada jurnal internasional bereputasi. Pada tahun 2016, UNAIR menargetkan ada 307 jurnal yang terpublikasi. Untuk mempercepat ketercapaian jumlah itu, maka selain mengalokasikan dana untuk riset melalui berbagai skema program, pihak pimpinan UNAIR juga telah mengalokasikan insentif bagi peneliti yang jurnalnya telah terpublikasi pada rentang kuartil (Q1 sampai Q4).

Setelah menerbitkan jurnal, peneliti, khususnya yang memiliki hak indeks, diharap untuk memiliki akun Google Scholar. Dengan bertambahnya akun Google Scholar yang dimiliki peneliti UNAIR, maka nama UNAIR bisa sejajar dengan perguruan tinggi negeri lainnya dan masuk dalam jajaran Top Indonesian Scientist. Terkait dengan hal ini, Badri mengaku sudah berkoordinasi dengan Wakil Dekan II di setiap fakultas.

Di bidang penambahan jumlah doktor, persentase pada lembaga QS memang hanya senilai lima persen. Namun menurut Badri, peran dosen dengan gelar doktor cukup penting dalam hal penelitian.

“Kalau yang S-3 memang nilainya hanya lima persen, tapi cukup berdampak. Ketika dosen sudah S-3 dia sudah bisa apply dana penelitian. Untuk menjadi guru besar, maka dia juga harus menulis. Ketika publikasi penelitian itu banyak, maka itu bisa mendorong reputasi akademik,” tutur Badri.

Ketua BPP itu menambahkan, keberadaan mahasiswa pascasarjana khususnya jenjang doktoral sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan publikasi penelitian.

Tajun 2017, UNAIR rencananya akan mendapat kucuran dana percepatan WCU (world class university) dari Dikti sebesar Rp20 miliar. Ketua BPP yang juga penanggung jawab program WCU UNAIR, akan mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan reputasi akademik, dan insentif publikasi penelitian.

“Publikasi itu cukup penting karena itu akan berdampak pada hal-hal lainnya,” imbuhnya. (*)

Penulis: Defrina Sukma S.
Editor: Binti Q. Masruroh