n

Universitas Airlangga Official Website

Berkat Semangat Orang Tua, Ika Meylan Wisudawan Terbaik S2 FKM

Ika Meylan Christina Harahap Wisudawan Terbaik S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga dengan IPK nyaris sempurna, yaitu 3.98. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Mengukur kondisi bahaya di lingkungan kerja yang berasal dari faktor fisik dan kelelahan dari para pekerja, menjadi fokus penelitian tesis Wisudawan Terbaik S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Ika Meylan Christina Harahap. Ia sukses menyelesaikan studi dengan memperoleh IPK nyaris sempurna, yaitu 3.98.

Penelitian yang dilakukan fokus pada faktor fisik dan kelelahan berdasarkan dua indikator, yaitu sensitivitas dan spesifisitas. Dengan tesisnya itu, ia memberikan gambaran umum jenis pekerjaan dan alat ukur asam laktat apa yang cocok bagi pekerja. Tesis dengan judul “Pengaruh Paparan Faktor Fisik Terhadap Kelelahan pada Para Pekerja di Bagian Weaving dan Office PT. X Surakarta” ini akhirnya mengantarkan Ika menjadi wisudawan terbaik September 2016.

“Semuanya itu tidak ada yang sempurna. Tapi saya selalu berusaha melakukan apapun dengan cara sesempurna mungkin,” sebuah prinsip yang selalu Ika pegang selama menjalani studi sejak masih menempuh studi Sekolah Menengah Atas sampai dengan perolehan gelar magister.

Mahasiswa kelahiran 18 Mei ini mengaku, kuliah itu tidak lain merupakan ‘seni’ menguji kesabaran dan keuletan mahasiswa. Berdasarkan pengalaman yang ia peroleh dari mengikuti profesional penggerak K3 bernama  Health Safety Environment (HSE) Indonesia wilayah Jawa Timur, mengajarkan Ika cara belajar bernegoisasi dan melakukan pendekatan ke perusahaan. Selain memunculkan motivasi dari diri sendiri, dukungan orangtua merupakan motivasi terbesar yang sangat berpengaruh baginya.

Mahasiswa yang pernah mendapatkan pendanaan dari Kopertis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu  (PKWT) saat masih studi S-1 tersebut, sekarang tergabung dalam Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) Surabaya.

“Yang sangat memotivasi saya selama ini tidak lain adalah orang tua. Ibaratnya kita diberi gaji secara cuma-cuma tiap bulan dan tugas kita hanya untuk belajar. Hanya dengan cara seperti ini saya dapat membalas dengan menjadi putri kebanggaan orang tua saya,” ucapnya. (*)

Penulis: Disih Sugianti
Editor: Binti Q Masruroh.