UNAIR NEWS – Menjadi duta merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Selain harus memiliki kemampuan public speaking yang baik dan prestasi gemilang, duta juga berperan sebagai representasi dan promotor dari suatu organisasi maupun instansi.
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (FF UNAIR) mengadakan Roadshow Duta Farmasi Universitas Airlangga 2022 pada Minggu (3/4/2022). Roadshow yang mengangkat tema “Eksplorasi Potensi Generasi Muda yang Cerdas dan Bertalenta sebagai Promotor Fakultas Farmasi” itu turut mengundang dua orang duta sebagai pembicara.
Pembicara pertama, Evelyn Clarissa, merupakan Duta Farmasi UNAIR 2017. Evelyn menyampaikan bahwa menjadi duta tidak hanya soal penampilan luar. Menurutnya, menjadi duta berarti harus cerdas.
“Cerdas itu dapat memproses informasi dengan benar. Kita harus paham dulu si informasinya. (Setelah itu, red) kita proses informasinya. (Oleh karena itu, red) kita harus punya kemampuan bahasa yang baik,” tutur Evelyn.
Evelyn melanjutkan untuk memproses informasi itu membutuhkan logika. Logika tersebut, tambahnya, bisa menggunakan logika induktif maupun logika deduktif. Setelah memproses informasi menggunakan logika, sambungnya, baru bisa merumuskan hipotesis sebelum menguji kebenarannya sesuai dengan teori yang ada.
“Benar secara logika belum tentu benar sebagai fakta. Logika itu sifatnya absolutely absurd. Secara logika bisa benar, tapi faktanya enggak. Kalau kita di realita, fakta itu sifatnya relatively absolute,” ujar Evelyn.
Pembicara kedua, Dwi Retno Puspitasari, menerangkan sikap apa saja yang harus dimiliki seorang duta untuk menjadi ambassador atau representasi dari suatu organisasi ataupun instansi. Menjadi seorang duta, menurutnya, harus menjadi pribadi yang mau berproses dan memiliki pemikiran yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
“Jangan merasa bahwa kamu satu-satunya orang yang (paling, red) pintar di sini. Jangan sombong. Hidup ini adalah tetap (tentang, red) bagaimana kita dapat bermanfaat untuk orang lain,” jelas peraih First Runner Up Duta Budaya Indonesia 2021 tersebut.
Dwi juga mengatakan bahwa penting untuk tahu passion yang kita miliki. Menurutnya, ketika kita tahu apa yang kita sukai, maka kita bisa melatih hal itu hingga menjadi passion. Passion inilah yang dapat membantu membangun personal branding seorang duta. Namun, lanjutnya, penting juga untuk mengetahui sejauh mana batas kita agar tidak mengejar passion secara berlebihan diluar kesanggupan.
Pada akhir, Dwi menegaskan kembali mengenai kewajiban sebagai duta. “Duta itu adalah seseorang yang menjadi wakil, menjadi wajah dalam organisasi. Misalkan ini kan Duta Farmasi, berarti menjadi perwakilan Fakultas Farmasi, misalnya di acara campus expo dan lain-lain. Yang menjadi promotor, yang mengajak (orang-orang, red), ya itu duta,” pungkas Dwi. (*)
Penulis : Dewi Yugi Arti
Editor : Nuri Hermawan