Universitas Airlangga Official Website

Ketahui Strategi Jalin Komunikasi dengan Penyandang Autisme Melalui Webinar FISIP UNAIR

Diskusi dengan narasumber terkait strategi komunikasi dengan penyandang autisme (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Pemilik Nara Firdaus, Luluk Daiyatul F MSi Psikolog diundang untuk menjadi pembicara dalam webinar terbaru Tangkas in Action Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga. Webinar yang dilangsungkan melalui Zoom Meetings ini mengangkat judul “How To Communicate and Understand Autism” dan diselenggarakan pada Sabtu (9/04/2022).

Untuk menyadarkan persepsi peserta mengenai pentingnya payung hukum bagi anak-anak autisme, Luluk mengutip data dari World Health Organization (WHO) pada 2021 yang menyatakan bahwa 1 dari 270 orang di dunia terindikasi sebagai autisme. Tak hanya itu, dilansir dari Republika.co.id pada 2021, jumlah penyandang autisme di Indonesia adalah sebesar 2,4 juta dan akan terus naik tiap tahunnya.

Luluk kemudian mewanti-wanti bahwa penyandang autisme adalah mereka yang memang memiliki hambatan komunikasi secara naluriah. “Istilah autisme bukan ditujukan kepada orang yang sibuk dengan gawainya sendiri, bukan orang yang sibuk dengan kegiatannya sendiri, tetapi memang ada the real autism sehingga kata-kata ‘autisme’ tidak cocok untuk digunakan olokan,” tekannya.

Anggota ASA (Advokasi dan Sadar Autisme) Surabaya itu kemudian mendedah langkah apa saja yang harus dilakukan dalam berkomunikasi dengan penyandang autisme, mulai dari melakukan kontak mata hingga menyampaikan maksud dan tujuan secara singkat jelas, serta tak lupa untuk mengulanginya. 

“Cara kita berkomunikasi, tenang, tegas, dan lindungi. Tetapi kalau dalam kondisi yang tantrum, meskipun dia marah-marah, jungkir balik, tendang-tendang, atau self harm, kita harus tetap tenang, tetapi tegas, (mengatakan, red) ‘No!’,” terang Luluk.

Dalam menghadapi tantrumnya penyandang autisme, Dosen Psikologi FPK UINSA Surabaya itu membeberkan agar kita tak lelah dalam mengingatkan secara verbal. Namun, jika sudah membahayakan, seperti membenturkan kepala, Luluk juga memberi tips mencegahnya. “Mungkin perlu perlindungan di dinding-dinding dengan foam agar bisa lebih empuk,” ujarnya.

Tak sampai di situ, Luluk juga memberi saran agar para peserta mau menerapkan tiga prinsip utama dalam berinteraksi dengan penyandang autisme, yakni pahami, ajari, dan sayangi. “Bahwa individu autisme maupun individu berkebutuhan khusus pada umumnya juga sama seperti kita yang normal. Kita perlu memberikan apresiasi atas apa yang mereka lakukan,” pesan Luluk.

Penulis: Leivina Ariani Sugiharto Putri

Editor  : Nuri Hermawan