UNAIR NEWS – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite di beberapa SPBU pasca kenaikan harga BBM non subsidi pada pembuka April semakin menguatkan sinyal akan kenaikan BBM Pertalite pada tahun ini.
Dilansir dari Kompas.com Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut jika harga minyak dunia yang kini mencapai 108 USD/bbl tak kunjung turun, maka kenaikan harga BBM pertalite dan solar adalah opsi yang akan diambil pemerintah untuk menjaga keseimbangan APBN.
Kabar tersebut sontak menjadi perbincangan lantaran kenaikan harga BBM subsidi dapat menyulut lonjakan angka inflasi yang akan menambah beban masyarakat. Merespon hal itu, ekonom Universitas Airlangga (UNAIR) Rossanto Dwi Handoyo PhD angkat bicara.
Anggaran Subsidi BBM Mampu Bertahan 6 Bulan
Jika melihat jumlah anggaran untuk subsidi BBM-Listrik pada tahun 2022, Rossanto menilai kenaikan BBM subsidi belum akan terjadi dalam waktu dekat. Ia memperkirakan, jika harga minyak dunia tak kunjung turun, kenaikan BBM baru bisa terjadi sekitar enam bulan ke depan.
Patut diketahui, anggaran untuk subsidi BBM-Listrik Indonesia tahun 2022 sebanyak 134 triliun atau sebanyak 23 Juta Kl. Anggaran tersebut ditaksir dapat mensubsidi BBM selama 12 bulan dengan perkiraan harga minyak dunia di angka 63 USD/bbl.
“Dengan harga minyak dunia yang saat ini selisih sekitar 60 persen dari harga yang kita estimasikan, anggaran subsidi BBM kita masih bisa bertahan hingga bulan September-Oktober mendatang,” ujarnya saat diwawancarai UNAIR NEWS, Minggu (17/4/2022).
Konflik Rusia-Ukraina Akan Mereda?
Rossanto berpendapat bahwa invasi Rusia ke Ukraina yang kini telah memasuki hari ke-52 akan segera menemukan titik temu mengingat mahalnya biaya yang harus digelontorkan Rusia untuk biaya perang.
Selain itu, sambung Rossanto, adanya perhelatan KTT G20 di bulan November mendatang juga diharapkan mampu meredam invasi Rusia ke Ukraina. Mengingat, Rusia juga berkepentingan hadir dalam forum akbar pemimpin negara anggota G20 guna membahas pemulihan ekonomi global tersebut.
Kemungkinan Naik Masih Ada
Kendati demikian, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEB UNAIR tersebut juga tidak menepis fakta bahwa kenaikan harga minyak dunia memungkinkan terjadinya kenaikan harga BBM subsidi dalam negeri. Pasalnya, Indonesia saat ini merupakan negara Net Oil Importer yang 50 persen kebutuhan minyaknya dipasok melalui impor.
“Dari 1,5 juta barel per hari kebutuhan minyak kita, 800.000 barel didapatkan dari impor. Maka jika konflik Rusia-Ukraina terus berlanjut dan harga minyak dunia terus diatas 100 USD/bbl, akan menghabiskan anggaran subsidi BBM sehingga pemerintah harus mempertimbangkan menaikkan harga BBM subsidi untuk menjaga keseimbangan APBN,” ungkapnya. (*)
Penulis : Ivan Syahrial Abidin
Editor : Binti Q Masruroh