n

Universitas Airlangga Official Website

Tekuni Kedokteran Olahraga, Septa Triyanto Lulus Terbaik S-2 FK UNAIR

Septa Triyanto, S.Pd., M.Kes. wisudawan terbaik S-2 Ilmu Kesehatan Olahraga Fakultas Kedokteran UNAIR, dalam wisuda Desember 2016 dengan IPK 3,95. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Proses melakukan adaptasi latar keilmuan dari ilmu keolahragaan ke ilmu kedokteran, bukanlah hal mudah. Inilah yang dirasakan oleh Septa Triyanto, S.Pd., M.Kes. Setelah berjuang mengatasi hal yang tidak mudah itu, Septa akhirnya berhasil menyandang sebagai wisudawan terbaik Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Olahraga (Ikesor) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dalam wisuda Desember 2016 ini. Ia meraih IPK 3,95.

”Teman sejawat dari prodi Ikesor memiliki beragam profesi di banyak bidang dan pengalaman. Jadi sejak awal saya berpikir bahwa akan sulit untuk bersaing di bidang akademik dengan teman yang lain,” ungkap pria yang tahun 2010-2013 pernah menjadi atlet Dragon Boat 1000 M ini.

Namun setelah proses pendidikan dilalui, pria kelahiran 20 September 1992 ini justru semakin termotivasi untuk mempelajari lebih dalam tentang ilmu “kombinasi” tersebut. Pencapaiannya meraih nilai IPK sebesar 3,95 dalam bidang studinya itu, tak lepas dari peran para dosen. Meski awalnya dirasa sulit, namun para dosen menyampaikan materi ajar dengan metode pembelajaran yang mudah dipahami.

“Yang saya kagumi sekaligus bangga di prodi Ikesor bahwa saya pernah diajar oleh dosen-dosen yang sangat kompeten di bidang kesehatan, terutama bidang olahraga, dimana ilmu tersebut sangat dibutuhkan bagi pemerhati olahraga,” ujar laki-laki asal Bantul, DIY ini.

Dalam tugas akhirnya, Septa mengambil topik tesis seputar prediksi terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh deplesi kolin sebagai prekusor neurotransmitter asetilkolin (Ach). Ach berfungsi sebagai penghantar sinyal dari sel saraf menuju sel otot. Bila kadar kolin menurun, maka produksi Ach juga akan menurun dan menyebabkan kontraksi otot melemah. Penurunan Ach itu menginduksi terjadinya kelelahan otot.

Laki-laki yang juga sebagai pelatih fisik pada Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Kabupaten Bantul ini, mengungkapkan bahwa banyak fenomena di kalangan atlet mengalami kelelahan otot yang disebabkan oleh jadwal latihan maupun jadwal pertandingan yang terlalu padat.

”Bila tidak ditangani dengan baik, hal demikian malah bisa menurunkan performa atlet itu sendiri, karena terjadi kelelahan baik akut maupun kronis,” kata Septa Triyanto. (*)

Penulis : Sefya H. Istighfaricha
Editor : Defrina Sukma Satiti