UNAIR NEWS – Salah satu Ksatria Airlangga mendapatkan kesempatan berharga berkuliah di United Arab Emirates (UAE). Dia adalah Alya Muna Zuhra, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR. Alya lolos sebagai awardee IISMA di Abu Dhabi University.
Alya membagikan pengalamannya selama berkuliah di Abu Dhabi University, mulai dari proses seleksi IISMA hingga kekagumannya terhadap negara UAE. Dia bercerita saat menyiapkan semua dokumen menjelang akhir pendaftaran.
“Hasil english test keluar di hari terakhir penutupan pendaftaran, begitu juga dengan university recommendation letter. Dengan modal nekat, akhirnya aku submit semua dokumen,” jelasnya.
Selama masa penantian pengumuman, mahasiswa FISIP UNAIR itu benar-benar fokus mengerjakan tugas praktik. Meskipun pengumuman sempat diundur, Alya mendapat kabar dari Bu Dina, salah satu dosen Komunikasi di UNAIR tentang kelulusannya di Abu Dhabi University.
“Saat itu, badan saya dingin banget. Excited. Seneng campur aduk nangis, tapi ketawa. I feel so grateful for it,” ungkapnya.
Kekaguman pada UAE
Mahasiswa asal Semarang itu bercerita bahwa UAE merupakan negara yang sangat global. Warga asli Emirates justru hanya sekitar 20 persen, sedangkan sisanya datang dari berbagai belahan dunia.
“Rasanya kagum aja melihat orang dari berbagai ethnicity and learn about this whole global culture and different ways of living,” ceritanya.

Teman-teman Alya di bangku kuliah Abu Dhabi University juga berasal dari berbagai negara. Ada yang dari Pakistan, India, Algeria, Morocco, Palestine, Saudi, Egypt, Syria, dan Lebanon. “It feels great to be in such a global environment,” kesannya.
Alya bercerita bahwa UAE merupakan negara yang bersih dan wangi. Semua tempat di UAE, termasuk mall dan fasilitas umum wangi dan bersih. Jarang ditemukan polusi udara di UAE.
Sedangkan di Abu Dhabi, lanjutnya, lingkungannya lebih muslim friendly dari pada di Dubai. Orang-orang Dubai menggunakan pakaian yang sopan dan sangat perhatian terhadap orang lain. “Yang paling aku suka di sini adalah ladies first and always,” terangnya.
Ketika Alya menaiki bus, pintu untuk penumpang laki-laki dan perempuan terpisah. Penumpang perempuan berada di depan, sedangkan laki-laki ada di kursi belakang. Selain itu, Alya merasa sangat nyaman karena masyarakatnya tertib aturan.
Masyarakat Abu Dhabi menerapkan gaya hidup yang islami. Laki-laki sangat menjaga jarak, pandangan, dan perkataan terhadap lawan jenis.
“Aku dan teman-teman, tidak pernah sekalipun mendapatkan cat call ataupun merasa takut. Mungkin itu rahasianya Abu Dhabi bisa jadi the safest city in the world enam tahun berturut-turut,” tuturnya. (*)
Penulis : Sandi Prabowo
Editor : Binti Q Masruroh