UNAIR NEWS – Muncul infeksi penyakit mulut dan kuku di berbagai wilayah di Indonesia. Akibatnya, ada kekhawatiran terhadap kesiapan langkah penanganan di tingkat peternak. PMK sendiri merupakan penyakit hewan berkuku belah yang sangat parah dan mudah menular dari virus RNA dari genus Apthovirus dan memiliki tujuh serotipe (variasi bakteri) yang berbeda.
Dosen Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Banyuwangi Prima Ayu Wibawati drh M Si menjelaskan secara fisiologis, PMK dapat dilihat dari gambaran luka di sekitar mulut dan hidung, lemas, dan menurun produktivitasnya secara signifikan. Kemunculan panyakit itu sangat berdampak ekonom peternak.
“Apabila terdapat 1 sampai 2 ekor sapi saja yang terkena PMK, maka produktivitas dan reproduktivitasnya akan menurun. Selain itu, sapi dilarang untuk diperdagangkan atau disembelih secara mandiri oleh peternak,” katanya.
Dokter Prima menambahkan, belum ditetapkannya strain virus yang menginfeksi oleh Balai Besar Penelitian Veteriner juga membuat upaya vaksinasi belum dapat dilakukan. “Tentunya jenis vaksin yang akan digunakan harus sesuai dengan serotipe. Karena, vaksin tersebut tidak dapat memberikan perlindungan silang dari serotipe yang lain,” katanya.
Dengan tingkat kesakitan hewan hingga 100 persen dan masifnya penyebaran, peternakan yang terkena PMK memerlukan upaya penanganan secara proaktif sesegera mungkin.
Hubungi Dinas Terkait
Dengan meningkatnya kasus PMK, Setiap daerah tentunya telah membentuk tim siaga PMK yang berhubungan dengan dinas terkait. “Daerah telah menyiapkan tim siaga untuk mengatasi wabah, terutama melalui dinas yang ada di setiap daerah. Tentunya tim tersebut akan melakukan langkah yang seharusnya dilakukan,” katanya.
Isolasi Kandang
Dosen divisi kesmavet SIKIA tersebut menjelaskan, kandang yang terdapat atau suspek kasus PMK harus dilakukan isolasi lokal.
“Peternak harus menutup kandang dari lalu lintas ternak masuk maupun keluar. Selain itu, dilakukan proses desinfeksi kandang, dan pemberian vitamin,” ujarnya.
Langkah penyuluhan kepada peternak juga harus dilakukan oleh akademisi. Tujuannya, untuk mencegah penyebaran lebih luas dan teknik perawatan hewan yang terinfeksi PMK.
“Peternak harus tau cara membersihkan luka secara mandiri, yaitu dengan menggunakan NaCl 1 persen,” tegasnya.
Menjaga Kebersihan Diri, Lingkungan, dan Kandang
Meskipun secara zoonosis virus penyebab PMK susah menular ke manusia, namun terdapat kekhawatiran bahwa peternak dapat menjadi vektor penyebaran kepada hewan yang sehat. “Setelah melakukan aktivitas dengan ternak harus sering ganti baju, Peternak juga harus sadar kebersihan diri, kandang dan lingkungannya,” tuturnya.
Dosen SIKIA Banyuwangi itu juga berpesan agar peternak jujur apabila menemukan kasus atau gejala PMK di kandangnya. “Peternak harus jujur, gejala yang mirip PMK seperti timbulnya vesikel pada kulit segera dilaporkan. Jangan ditutupi atau disembelih. Kejujuran itu sangat penting agar tidak semakin mewabah,” tegasnya.
Penulis:azhar burhanuddin
Editor:Feri Fenoria