UNAIR NEWS – Gigi merupakan salah satu komponen terpenting pada tubuh manusia. Tidak hanya secara fungsional, tetapi gigi juga memegang peran penting dari segi estetika. Maka dari itu, gigi yang rusak dan pada akhirnya mengakibatkan sakit gigi menjadi sangat mengganggu. Hal ini membuat kebanyakan orang mencari solusi dengan menambal gigi.
Dalam siaran langsung Sehat Pagi oleh Jawa Pos, drg Astrid Ratnaningrum berkesempatan untuk menjelaskan seluk beluk tambalan gigi. Salah satu dokter gigi kebanggaan Universitas Airlangga (UNAIR) ini menyorot bahwa penyebab sakit gigi secara umum adalah adanya karies (lubang). Lubang ini membiarkan rangsangan seperti tekanan dari mengunyah, sisa makanan, hingga udara langsung masuk menyentuh saraf. Penyebab ini yang akhirnya mengakibatkan rasa berdenyut pada gigi, bahkan gigi tambalan sekalipun.
“Gigi berlubang ini belum tentu bentuknya seperti kawah, bisa saja warna gigi yang menghitam. Hal ini karena mahkota gigi tidak ternutrisi. Meskipun sudah gosok gigi, tetap disarankan untuk periksa ke dokter gigi,” jelas Astrid.
Tujuan dari tambal gigi ini, tambah Astrid, adalah menutup lubang yang ada dalam gigi karena karies. Tambal gigi juga dapat memperbaiki kerusakan lain seperti patah, kelainan jaringan keras, atau lapisan gigi yang tidak terbentuk sempurna. Selain itu, tambalan gigi penting untuk mengembalikan keindahan gigi dan tentunya meredakan rasa sakit.
Jenis Tambalan Gigi
Alumni UNAIR ini kemudian menjelaskan jenis tambalan gigi yang terdiri dari tambalan langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Tambalan langsung berarti menambahkan bahan tambalan langsung di atas gigi, sementara tidak langsung berarti tambalan akan dibuat terlebih dahulu di laboratorium untuk kemudian dipasang di gigi. Bahan dari tambalan gigi ini juga beragam jenis serta harganya.
Astrid menambahkan bahwa secara umum, jenis tambalan gigi dapat meliputi bahan ionomer kaca, amalgam, komposit, hingga porselen dan logam. Meski pasien dapat memilih, tetapi dokter gigi akan menganjurkan terlebih dahulu pilihan bahan yang bagus untuk tambalan gigi tertentu. Hal ini mengingat tiap bahan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
“Kalau ionomer kaca itu biasanya bagus untuk anak-anak karena menghasilkan fluoride yang memperkuat gigi. Sementara untuk bahan komposit, yang secara estetika lebih bagus, harganya juga lebih mahal,” jelas Astrid.
Praktisi di Pusat Layanan Kesehatan (PLK) UNAIR tersebut kemudian menyarankan kepada masyarakat untuk tidak datang ke dokter gigi ketika rasa sakit memuncak. Akibat sifatnya yang akumulatif, sakit gigi tersebut harus diberikan perawatan yang kontinu agar sembuh total. Astrid mendorong audiens untuk senantiasa kontrol ke dokter gigi tiap enam bulan sekali demi mengurangi fatalitas sakit gigi. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh