Universitas Airlangga Official Website

Rektor UNAIR Periode 1993-1997 Prof Bambang Rahino Tutup Usia

Ilustrasi: Suhail Alhazimi

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) periode 1993-1997 Prof dr H Bambang Rahino Setokoesoemo tutup usia pada Selasa (24/5) sekitar pukul 19.50 WIB di RS Husada Utama Surabaya. Kabar kepergian rektor UNAIR ke-9 itupun dengan cepat tersebar luas dan menimbulkan duka mendalam dari sejumlah kalangan.

Prof Bambang Rahino lahir di Surabaya 19 April 1935, lulus dokter pada Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR pada tahun 1962, lalu meraih Brevet Ahli Anatomi Histologi di FK UNAIR tahun 1970. Dalam perjalanan pendidikannya, Prof Bambang Rahino sempat mengenyam pendidikan Post Graduate Course in Anatomy, Portland Medical School, Oregon, USA. Kemudian dikukuhkan menjadi Guru Besar FK UNAIR dalam Bidang Ilmu Anatomi Histologi dengan pidato pengukuhan bertajuk Masalah Pengaruh Lingkungan pada Perkembangan Embrio.

Berbagai ucapan duka cita mengalir dari berbagai kalangan, termasuk Rektor UNAIR Prof Dr Muhammad Nasih. “Segenap keluarga besar Universitas Airlangga turut berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga almarhum khusnul khotimah,” ujarnya.

Rektor UNAIR mengungkapkan bahwa Prof Bambang Rahino telah banyak berjasa dan berkontribusi besar kepada kampus yang dikenal dengan mottonya Excellence with Morality, termasuk dalam pengembangan UNAIR sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di Indonesia. Sebut saja di antaranya perluasan kampus C di wilayah Mulyorejo, yang kini telah berubah menjadi pusat administrasi dan akademik UNAIR.

Ahmad Cholis Hamzah, alumnus Fakultas Ekonomi UNAIR turut menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Dalam pandangannya, Prof Bambang Rahino adalah sosok dengan integritas dan intelektualitas yang sangat kuat.

“Di balik kesederhanaannya, nampak sangat kuat integritas dan intelektualitasnya. Saya ingat beliau salah satu tokoh UNAIR yang ikut mengembangkan kampus C dan yang meresmikan penggunaan gedung FKM UNAIR tahun 1995. Di bawah kepemimpinan beliau, intellectual environment di UNAIR sangat menonjol,” papar Ahmad Cholis Hamzah yang juga merupakan alumnus University of London.

Sejumlah guru besar UNAIR juga memiliki kenangan tersendiri terhadap almarhum. Salah satunya Prof Dr Suparto Wijoyo, Guru Besar Sekolah Pascasarjana UNAIR. Dia menyebut, Prof Bambang Rahino telah membawa perubahan dan warna kecendekiawanan di UNAIR. “Pada masa kepemimpinan beliau, saya sedang menempuh pendidikan magister dan daftar program doktor,” ujarnya.

Selain itu, tambahnya, atmosfer keilmuan dibangun penuh dedikasi dan layanan pendidikan sangat prima pada zamannya. “Beasiswa digelontorkan dan pembayaran yang cair sesuai kebutuhan kami para mahasiswa dari luar kota saat itu,” paparnya.

“Berapa ribu mahasiswa yang menikmati program beasiswa di masa beliau, tentu akan selalu mengenang dan memberikan doa terbaiknya bagi almarhum,” lanjutnya.

Prof Suparto Wijoyo turut mendoakan almarhum Prof Bambang Rahino, sang semburat cahaya dari timur, selaksa alunan lagu. “Bang-bang wus rahino, bang-bang wus rahino, srengengene muncul, muncul, muncul, sunar sumamburat. Pengabdian beliau tentu menjadi jalan cahaya bagi kami,” pungkasnya.

Semasa hidupnya, beberapa jabatan struktural yang pernah diemban oleh Prof Bambang Rahino. Antara lain diawali pada tahun 1968 hingga 1979 sebagai Kepala Bagian Anatomi Histologi FK UNAIR, Ketua Jurusan Umum Kedokteran Dasar Umum FK UNAIR 1980-1993, lalu menjabat sebagai Rektor UNAIR periode 1993-1997. Prof Bambang Rahino juga pernah menjadi Anggota DPR-RI pada periode 1997-1999.

Di bidang organisasi, suami Ny. dr. Hj. Retno Astoeti Soetanti itu juga aktif sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sejak tahun 1962, termasuk juga pada Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (PAA) sejak tahun 1970 serta pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Binti Q. Masruroh