UNAIR NEWS – Pendudukan Jepang di Indonesia pada masa lampau meninggalkan banyak peristiwa. Di antaranya, dapat dilihat melalui berbagai perspektif. Salah satunya, perspektif dari segi sejarah yang diwakili oleh akademisi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Mendiskusikan hal itu, Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) bersama dengan Stiching NJI (Nederland-Japan-Indonesie) mengadakan webinar yang bertajuk “International Conference Dialogue on Japanese Occupation and Indonesian Revolution”. Konferensi itu dihadiri perwakilan akademisi dari ketiga negara, yakni Belanda, Indonesia, dan Jepang. Terutama untuk membahas mengenai pendudukan Jepang dan dampaknya bagi revolusi kemerdekaan Indonesia.
Turut hadir Aiko Kurosawa selaku perwakilan dari Keio University. Ia menerangkan esainya yang berjudul “Wars on Japanese Period: History Call, and Contemporary Situation of Study Japanese Occupation of Indonesia”. Menurut pengalamannya meneliti sejarah pendudukan Jepang, Aiko telah belajar mulai tahun 1958.
“Kurang lebih 54 tahun saya belajar topik ini. selama berkuliah, sangat sedikit mahasiswa Jepang yang berminat mengerjakan topik ini. Generasi sebelumnya yang pernah terlibat dalam perang Asia Tenggara pun menghindari untuk melanjutkan studi ini. Mungkin disebabkan faktor trauma,” ujarnya pada Selasa (24/5/2022).
Ternyata dari topik yang dipilih Aiko, banyak generasinya yang terinspirasi untuk menulis dengan topik yang serupa. Topik tersebut tetap menarik di Indonesia pada akhir 1960-an ketika ekspansi ekonomi barat kepada negara dunia ketiga dimulai, termasuk Jepang. Pada saat itu, sumber penelitian sejarah sangat bergantung pada Indonesia.
“Saya belajar dari 40 sumber tentang apa yang telah dilakukan Jepang di Indonesia. Salah satunya adalah tesis saya yang ditulis pada 1970,” ucapnya.
Aiko juga mengunjungi Indonesia beberapa tahun untuk meneliti sekaligus mewawancarai beberapa orang sembari melanjutkan Ph D di Cornell University untuk menyelesaikan studinya. Setelah itu, ia kembali memfokuskan untuk mengoleksi sumber-sumber sejarah yang didapatinya.
“Setelah lebih 50 tahun meneliti, dan umur saya sekarang 70 tahunan, kantor saya memiliki banyak tumpukan transkrip dan kaset dari hasil wawancara yang saya lakukan. Dan juga, banyak fotokopi yang dapat diakses oleh publik,” ujarnya.
Sebagai upaya melestarikan sumber daya yang dipunyai, Aiko masih menyimpan dokumen yang dimiliki hingga saat ini. Di antara sumber yang didapatkan, ditemukan juga dokumen berharga yang tidak disadarinya.
Aiko juga memberikan pesan kepada sejarawan dari Indonesia untuk mencari berbagai sumber sejarah terkait pendudukan Jepang, “Mahasiswa Indonesia pernah mengeluh kepada saya karena sumber tertulis sebagian besar ditulis dalam bahasa Jepang, itu tidak benar. Tidak semua dokumen ditulis dalam bahasa Jepang. Perlu diketahui bahwa ada banyak sumber daya dokumen dari non (bahasa) Jepang,” terangnya.
“Dan juga, jika anda (sejarawan) yang ingin meneliti pendudukan Jepang, Anda dipersilahkan untuk menggunakan koleksi (sumber dokumen) saya,” imbuhnya.
Penulis: Affan Fauzan
Editor: Feri Fenoria