UNAIR NEWS – Penyu merupakan hewan laut yang dilindungi negara. Di Indonesia, terdapat 6 jenis penyu. Yaitu, Caretta caretta (Penyu tempayan), Chelonia mydas (Penyu hijau), Dermochelys coriacea (Penyu belimbing), Eretmochelys imbricata (Penyu sisik), Lepidochelys olivacea (Penyu ridel), lekang Natator depressa (Penyu pipih).
Penyu Hewan Langka yang Unik
Dosen UGM Dr Slamet Raharjo drh MP menuturkan penyu merupakan hewan yang unik karena memiliki cangkang keras yang membentuk karapas. Berbeda dengan kura-kura, penyu tidak memiliki gigi dan kaki.
“Gigi pada penyu digantikan dengan paruh kitin dan kakinya berbentuk paddle atau sirip,” ujarnya dalam kuliah tamu Mengupas Tuntas Penyu dari Tinjauan Anatomi Fisiologis pada Sabtu (28/5/2022) yang diadakan Divisi WDAC HMKH SIKIA.
Dr Slamet menyebut hanya penyu betina yang akan naik ke darat. Karena, penyu Jantan menunggu betina di garis pantai dan akan mengawini betina saat masuk ke laut untuk fertilisasi clutch berikutnya.
“Jantan tidak akan pernah naik ke daratan, tapi akan berenang di sekitar peneluran,” sebutnya.
“Setelah kawin, sperma akan disimpan betina selama berbulan-bulan dengan jarak peneluran berkisar antara 8-10 minggu,” imbuhnya
Kehilangan Memori Geoelektrik
Dr Slamet menyarankan sebaiknya tukik harus langsung dilepaskan kembali ke laut. Karena setelah menetas, penyu akan menyimpan tempat menetasnya menjadi tempat penelurannya pada kemudian hari.
“Fakta di lapangan, banyak yang menahan tukik di kolam pembesaran sampai ukuran tertentu. Efeknya penyu akan kehilangan memori geoelektrik untuk menentukan nesting site asalnya,” ujarnya.
Meskipun prosentase tukik yang survive menjadi dewasa cukup kecil jika langsung dilepaskan ke laut. Namun, akan memberikan jaminan bahwa penyu yang telah dewasa tersebut akan kembali bertelur di tempat awalnya menetas.
“Dari 5 persen itu akan membuat individu yang kuat saat menjadi dewasa dan menjadi jaminan kembali ke nesting site awal,” katanya.
Nesting Site Punah
Karena hilangnya memori elektrik pasca ditangkarkan, Penyu yang survive akan kebingungan saat akan bertelur ke nesting site (tempat menetas). Sehingga penyu akan mencari tempat baru untuk bertelur.
“Umumnya akan mencari tempat baru untuk bertelur, otomatis semakin lama penyu yang kembali ke tempat penangkaran semakin sedikit dan lama tempat konservasi tersebut akan punah dari keberadaan penyu yang bertelur,” ucapnya.
Selain itu, Dr Slamet menegaskan bahwa perlu adanya pemahaman tentang fisiologi penyu. Terutama terkait upaya medis hewan sehingga kegiatan konservasi akan seimbang dengan upaya medis bagi penyu.
Penulis: azhar burhanuddin
Editor: Feri Fenoria