UNAIR NEWS – Forum Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang dilaksanakan beberapa pekan lalu di Bali menjadi momentum untuk mendiskusikan perkembangan dalam penanggulangan risiko bencana (PRB). Namun, mengapa penangulangan risiko bencana penting untuk disiapkan? Pakar Pariwisata Unair Novianto Edi Suharno SST PAR MS menyebut sangat penting adanya penangulangan risiko bencana di destinasi wisata Indonesia.
Pada dasarnya, daerah tujuan wisata tentu memiliki tingkat keramaian. Baik wisatawan warga lokal maupun luar daerah. Selain itu, destinasi wisata di Indonesia terkenal dengan Ring of Fire. Jadi, kaya akan sumber daya alam meliputi gunung, laut, hutan.
“Kenapa dilakukan di sana penanggulangan resiko bencana? Karena kerugian akibat bencana yang terjadi di destinasi wisata tersebut sangat tinggi biayanya,” ungkapnya.

Sangat Bergantung Ekosistem Alam
Pariwisata, imbuh Anto, yang sifatnya alam sangat bergantung pada ekosistem yang benar-benar utuh. Adanya kegiatan yang bersifat penanggulangan resiko bertujuan meminimalkan timbulnya kerugian yang sangat besar. Baik dari sisi korban jiwa maupun kerusakan alam.
“Jadi, dua hal ini menjadi tolak ukur yang penting. Selain meminimalkan korban jiwa, terkait dengan ekosistem alam yang menjadi daerah tujuan wisata itu sendiri,” katanya.
Dukungan Kemenparekraf
Dukungan Kemenparekraf sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah komitmen dalam membangun pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Selain itu, upaya mitigasi bencana di destinasi wisata Indonesia bisa berupa penyediaan sarana prasarana. Misalnya, penyiapan alat-alat keamanan atau safety.
“Sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan dan siap sedia. Jenis komitmen Kemenparekraf dalam hal ini untuk menanggulangi salah satu bencana,” tuturnya.
Di sisi lain, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan artinya ekosistem atau kondisi pariwisata akan selalu terjaga dari waktu ke waktu. Hal tersebut menjadi salah satu bentuk mitigasi bencana dengan menerapkan perlakuan yang baik, sesuai standar operasional dan terukur.
“Untuk sebuah tempat wisata, dukungan tentu salah satunya terkait dengan kesiapan peralatan pada kondisi tanggap darurat,” ujarnya.
“Selain itu, sosialisasi terus-menerus dari pemerintah pusat maupun daerah untuk membangkitkan kesadaran bahwa mencegah itu lebih baik daripada menanggulangi perlu sangat perlu dilakukan terus,” tambahnya.
Penulis: Ananda Wildhan Wahyu Pratama
Editor: Feri Fenoria