UNAIR NEWS – Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur Wahyu Eka Setiawan mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia menduduki urutan 9 dari 10 negara penghasil e-waste terbesar di dunia dengan 1,3 juta kubik per ton. Dengan perkapita sebesar 4,9 kilogram.
Data Pengelolaan Limbah
“Ada beberapa catatan lagi, dari data pemerintah mengatakan bahwa 2 juta ton limbah dihasilkan dengan dominasi dari pulau Jawa sebanyak 56 persen. Terutama sisa sampah elektronik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wahyu mengatakan bahwa pengelolaan limbah di Indonesia belum maksimal. Meski, terdapat peraturan pemerintah No 7 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik. Namun, aturan tersebut tidak sampai pada tahap standar operasional prosedur sampai pada lingkungan TPA maupun TPS, bahkan di level rumah tangga.
Dalam melakukan pengelolaan sampah, lanjut Wahyu, jangan hanya sampai pada pemisahan. untuk mengelola limbah B3, diperlukan pemilahan mulai rumah tangga sampai tempat penampungan sampah sementara. Jika tidak begitu,pembuangan akhir akan sulit karena semua sampah tercampur.
“Pada akhirnya akan jadi problem di pembuangan akhir,” imbuhnya.
Dalam menanggapi masalah peraturan pengolahan sampah elektronik, Wahyu menyarankan masyarakat dan pemerintah perlu memikirkan solusi dan berkolaborasi bersama untuk membuat turunan peraturan yang lebih teknis dan memperbanyak penyuluh lingkungan hidup dari kawasan perkampungan.
Belajar dari Negara Lain
“Jika dibandingkan dengan negara lain, seharusnya tidak apple-to-apple. Apalagi pendidikan tentang lingkungan di Indonesia tidak diajarkan sejak dini, berbeda dengan Jepang. Dari pendidikan tersebut, seharusnya dapat menjadi modal untuk ke depan untuk perilaku memilah sampah dapat dibentuk dari awal,” katanya.
Lebih lanjut, Wahyu menuturkan perlu membentuk perilaku tersebut dari sekarang. Jadi, harus ada peraturan yang ketat dan hukuman agar dapat melaksanakan dengan baik. Wahyu lalu memberikan contoh perilaku membuang sampah pada tempatnya yang sering diabaikan. Hal itu dapat berdampak pada perilaku pemilahan sampah.
Menurut Wahyu, negara lain, termasuk negara maju sangat baik dalam pengelolaan, meski terdapat keterbatasan ruang. Berbanding terbalik dengan Indonesia yang masih menampung sampah impor dari luar negeri.Seperti halnya, Indonesia dan Ghana menjadi tempat sampah negara maju untuk limbah-limbah elektronik.
Dari hal tersebut, Wahyu menyarankan kita sebagai warga negara Indonesia bersama dengan pemerintah memikirkan inovasi-inovasi limbah elektronik dengan skala kecil. “Terutama kita membicarakan daur ulang. Kita membicarakan teknologi (inovasi limbah, Red). Itu yang akan menjadi tantangan ke depan,” sebutnya.
Paparan tersebut merupakan bagian dari Webinar yang bertajuk “E-Waste: Environments Destroyer and How to Manage” pada Sabtu (11/6/2022) yang diselenggarakan oleh Kementerian Hubungan Luar dan Kementerian Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (UNAIR).
Penulis: Affan Fauzan
Editor: Feri Fenoria