Universitas Airlangga Official Website

Tak Ada Kriteria Seleksi Berdasarkan Wilayah

Sesi foto bersama antara pelajar, guru pendamping MAN 3 Malang, dan pemateri UNAIR. (Foto: Hedy Dyah Syahputri)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga masih menjadi tempat favorit bagi pelajar dan guru pendamping sekolah menengah atas sederajat untuk mengetahui informasi tentang penerimaan mahasiswa baru. Kali ini, pelajar dan guru pendamping asal Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang berkunjung ke UNAIR dan menggali seputar informasi terbaru mengenai penerimaan mahasiswa baru.

Sebanyak 56 siswa dan guru pendamping menyimak dengan antusias pemaparan materi yang disampaikan oleh Sekretaris Pusat Informasi dan Humas Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes., dan pemateri Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru Drs. Imam Siswanto, M.Si., pada Senin (9/1), di Aula Kahuripan 300.

Dalam pemaparannya, Bimo menjelaskan tentang informasi umum seputar UNAIR, mulai dari sejarah UNAIR, fasilitas akademik dan penunjang, program studi, beasiswa hingga prestasi yang berhasil disumbangkan oleh sivitas akademika UNAIR. Seperti keberadaan Lembaga Penyakit Tropik yang dinobatkan menjadi Pusat Unggulan IPTEK.

“UNAIR punya suatu lembaga riset yang menjadi jujukan para peneliti dunia untuk meneliti penyakit tropik. Kalau soal urusan penyakit tropik, peneliti dunia pasti datang ke Indonesia. Kalau ke Indonesia, pasti datangnya ke Surabaya. Kalau Surabaya, yang dituju adalah LPT UNAIR ini,” tutur Bimo.

Selain itu, Bimo juga menyampaikan prestasi-prestasi yang diraih oleh mahasiswa dan dosen UNAIR. Prestasi yang berhasil ditorehkan mahasiswa antara lain delegasi UNAIR yang berhasil juara III pada kompetisi Musabaqah Tilawatil Quran Nasional tahun 2016, pendakian empat puncak gunung tertinggi di dunia oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam, serta dosen Fakultas Ekoonomi dan Bisnis yang berhasil meraih penghargaan Hadi Soesastro Award dari Kementerian Luar Negeri Australia.

Sedangkan, Imam memberikan paparan informasi mengenai program studi-program studi, tingkat keketatan, dan jalur penerimaan mahasiswa baru. Imam mengingatkan, agar siswa dan siswi MAN 3 Malang memperhatikan tingkat keketatan pada program studi yang ingin dituju.

Pada program studi S-1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, misalnya, tingkat keketatan mencapai lima persen. Artinya, dari seratus pendaftar, hanya lima orang yang diterima. Pada prodi S-1 Gizi, tingkat keketatannya satu persen. Artinya, dari seratus pendaftar, hanya satu orang yang diterima.

Salah satu dari para siswa sempat mengajukan pertanyaan. “Apakah wilayah mempengaruhi kuota penerimaan maba (mahasiswa baru)?,” tanyanya. Menjawab pertanyaan itu, Imam menegaskan bahwa tidak ada kriteria penilaian berdasarkan wilayah.

Kunjungan MAN 3 Malang diakhiri dengan sesi foto bersama dan penyerahan suvenir kedua belah pihak.

Penulis: Hedy Dyah Syahputri

Editor: Defrina Sukma S