Universitas Airlangga Official Website

Presidensi G20, Kesempatan Indonesia Berperan di Kancah Global

Hampir semua orang mengetahui bahwa pertemuan para pemimpin negara di dunia yang didominasi negara-negara kaya yaitu G20 adalah pertemuan yang amat bergengsi. Tahun 2022  ini Indonesia didapuk menjadi pimpinan atau presidensi kelompok G20. Indonesia akan menyelenggarakan pertemuan para pemimpin negara-negara G20 pada bulan November 2022 mendatang.

Jabatan presidensi ini merupakan kepercayaan negara-negara G20 kepada Indonesia sekaligus pengakuan pentingnya posisi Indonesia di percaturan dunia. Di tengah peperangan antara Rusia dan Ukraina yang sampai sekarang berlangsung, peranan Indonesia ditunggu-tunggu untuk berkontribusi mendamaikan dua pihak yang berseteru. Sebab, jika perang ini dibiarkan berlangsung, maka akan berakibat pada kehancuran dunia termasuk kehancuran perekonomian dunia. Karena itu tema yang diusung Indonesia Recover Together, Recover Stronger adalah tepat karena dunia masih merasakan dampak negatif dari pandemi Covid-19 dan konflik Rusia dan Ukraina.

Untuk diketahui, forum pertemuan para pemimpin 20 negara atau G20 itu sebenarnya dimulai pada tahun 1999 di Jerman. Namun, masyarakat internasional baru menganggap pertemuan itu penting ketika Amerika Serikat menjadi tuan rumah pertemuan G20 di Washington untuk membicarakan upaya negara-negara yang tergabung di G-20 menyelesaikan masalah-masalah ekonomi global. Negara-negara yang tergabung di G20 ini mempunyai peran dan pengaruh penting di arena global karena menguasai 89 persen perekonomian dunia. Karena itu, wajar mereka harus memiliki tanggung jawab manakala perekonomian dunia mengalami kemunduran.

Indonesia sendiri diberi kehormatan bergabung menjadi anggota G20 pada tahun 2008 dan sebagai satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20.  Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pernah berpendapat bahwa forum G20 ini bukan hanya forum ekonomi tapi juga forum peradaban karena beberapa negara anggotanya adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim seperti Turki, Saudi Arabia, dan Indonesia. Sehingga, forum G20 adalah forum kebinekaan peradaban dunia. Bagi Indonesia sendiri, forum ini bisa digunakan sebagai jembatan untuk mempertemukan kemajemukan peradaban dan juga sebagai ujian untuk benar-benar melaksanakan politik yang bebas aktif.

Ada pertanyaan apa alasannya Indonesia dimasukkan sebagai anggota G20 sementara Malaysia atau Thailand tidak? Pertama, harus diakui bahwa Indonesia adalah negara besar karena itu layak Indonesia memiliki hak khusus untuk menjadi anggota. Kedua, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, dan India. Jumlah penduduk yang besar ini menggambarkan potensi pasar yang besar bagi produk-produk dunia.

Ketiga, negeri ini memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Karena itu, Indonesia dapat menjalankan perannya sebagai jembatan antara peradaban, khususnya dapat menunjukkan kepada peradaban Barat bahwa Islam itu compatible dengan demokrasi dan dapat menjadi referensi bagi negara-negara berkembang lainnya.

Keempat, Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk, bersuku-suku dan penganut agama-agama penting di dunia. Indonesia bisa menjadi contoh negara lain bagaimana masyarakat yang majemuk itu bisa hidup berdampingan. Kelima, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Bonus demografi yang dialami Indonesia dimana jumlah penduduk usia produktif tinggi dan kelas menengah mulai tumbuh pesat menunjukkan pada dunia begitu besar potensi yang dimiliki.

Selain itu, posisi Indonesia di G20 dapat dipakai untuk mengembangkan jaringan diplomatik internasional sekaligus membantu ketertiban dunia seperti yang diamanatkan UUD 45. Indonesia secara serius diperhatikan sebagai suatu negara yang memiliki peran dan kepentingan global.

Jadi perlu diingat bahwa saat ini bicara tentang posisi Indonesia itu bukan hanya posisi di lingkup ASEAN, tapi sudah di level dunia. Mindset seperti ini harus tertanam di jiwa generasi muda bahwa negerinya itu sudah memiliki peran global bukan lokal. Mindset pemuda yang hanya berpikir lokal akan menjadikan mereka minder atau rendah diri. Bukankah Presiden RI pertama Soekarno atau yang lebih dikenal dengan Bung Karno pernah berteriak lantang bahwa Kita Bukan Bangsa Coolie, atau persisnya Bangsa Indonesia jangan mau menjadi bangsa kuli, dan menjadi kuli bangsa-bangsa lain (a nation of coolies and a coolie amongst nations).