UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional tahun 2016, Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga bekerjasama dengan PERGIZI Pangan Indonesia menyelenggarakan seminar tentang gizi seimbang. Bertempat di Aula Kahuripan, Kampus C UNAIR, seminar ini dihadiri oleh 322 peserta yang terdiri dari mahasiswa, karyawan dinas kesehatan tingkat provinsi, puskesmas, serta awak media dan blogger, pada Sabtu (6/2).
Seminar ini menghadirkan empat pembicara dari unsur akademis dan pemerintah, yaitu Prof. Hardinsyah selaku Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Ir. Edy Purwanto Tertiyus, MMA dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Edi Suroso, S.KM selaku penanggung jawab bahian seksi gizi Dinkesprov Jatim, dan Dr. dr. Sri Adiningsih MS, MCN dari Departemen Gizi FKM UNAIR.
Dalam pemaparannya, untuk mendukung perbaikan gizi anak, Prof. Hardinsyah mengatakan kepada perwakilan PKK yang hadir untuk selalu kreatif dalam pengolahan makanan, terutama buah dan sayuran.
“Bila anak tak suka buah dan sayuran, maka ibu-ibu harus kreatif dalam mengolah makanan. Buah atau sayur itu harus dicampurkan ke dalam jenis makanan yang disukai si anak. Misalnya, wortel dicampur dengan tepung dan digoreng,” tutur Prof. Hardinsyah selaku Ketua Pergizi Pangan Indonesia.
Untuk menjamin ketersediaan keanekaragaman kebutuhan pangan di Indonesia, Edi selaku perwakilan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, mengatakan bahwa pihaknya kini sedang rutin melakukan sosialisasi pembuatan karang kitri dan rumah pangan lestari.
Pada program ini, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim mengimbau warga untuk menanam tanaman pangan di sekitar pekarangan rumah. Sedangkan, untuk pengembangan kawasan rumah pangan lestari, pihak Badan Ketahanan Pangan membantu warga dengan penyediaan polybag.
“Sampai saat ini, sudah ada 2.000 karang kitri. Kita berupaya seluruh desa di Jatim akan mendapatkan karang kitri ini sehingga ketahanan pangan terjaga. Bahkan program ini sudah menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat. Ada beberapa rumah tangga yang ikutan menjual lombok dan sayur-sayuran karena kelebihan,” tutur Edi.
Terkait dengan pesan promosi kesehatan tentang gizi seimbang, pakar ilmu gizi dari FKM UNAIR Sri Adiningsih mengatakan bahwa selama ini, konsep tumpeng yang menggambarkan gizi seimbang masih memiliki beberapa kekurangan. Menurut Dini, sapaan akrabnya, dengan banyaknya contoh gambar makanan dalam konsep tumpeng, turut memicu persepsi masyarakat bahwa makanan bergizi itu mahal.
“Gambar tumpeng itu sulit diterima masyarakat karena mahal. Mereka berpikir bahwa semua makanan pada gambar itu harus tersaji dalam sekali makan,” kata dr. Dini.
Dini juga menyayangkan karena gambar air minum tidak ada dalam konsep tumpeng itu. Menurutnya, itu bisa mempengaruhi pola pikir masyarakat bahwa air minum kurang penting bagi tubuh.
Penulis: Defrina Sukma S.