UNAIR NEWS – Delegasi dari Hanyang University, Korea Selatan yang dipimpin oleh Prof. Lee Eun Kyu bersama perwakilan dari Daewoong, perusahaan farmasi Korea Selatan bertandang ke UNAIR, Selasa (16/2). Kedatangan delegasi akademisi-bisnis tersebut dalam rangka menjajaki kerjasama dengan UNAIR, terutama di bidang sains dan kedokteran.
Nampak para pimpinan UNAIR yang terdiri dari Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD-KGH., FINASIM Wakil Rektor III Bidang Publikasi, Penelitian dan Kerjasama Akademik Prof. Ir. M. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D dan Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama Bisnis dan Alumni Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt menyambut kedatangan mereka.
“UNAIR menjadi salah satu perguruan tinggi yang ditargetkan masuk 500 besar dunia oleh pemerintah, kerjasama dengan Hanyang tentu kita harapkan bisa mempercepat UNAIR untuk mencapai hal tersebut,” ujar Prof. Amin Alamsjah.
Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, Ph.D turut menambahkan bahwa ke depan kerjasama dengan Hanyang bisa digalakkan mulai dari student dan staff exchange hingga joint research.
“Sudah beberapa tahun ini kami menjalin kerjasama yang baik dengan Daewoong, tentu kita berharap kerjasama dengan Hanyang nantinya akan berlangsung baik pula,” ujar dosen Fakultas Farmasi tersebut.
Prof. Lee yang merupakan guru besar teknik bioproses dan biorekognisi menyatakan bahwa Hanyang dan UNAIR sama-sama sedang fokus dengan upaya internasionalisasi, sehingga kerjasama ini merupakan hal yang patut diapresiasi.
“Hanyang kuat di bidang sains dan teknik. Kita selama ini juga sudah sangat baik menjalin kerjasama dengan industri,” tambahnya.
Pada pertemuan tersebut hadir pula wakil dari beberapa fakultas dan institut seperti Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Sains dan Teknologi serta Institute of Tropical Disease (ITD). Mereka membahas berbagai hal yang dapat dikerjasamakan dengan Hanyang di kemudian hari.

Kuliah Umum Produk Biofarmasi
Usai diterima para pimpinan UNAIR, Prof. Lee Eun Kyu memberikan kuliah umum di Rumah Sakit UNAIR tentang produk biofarmasi, salah satu jenis sediaan obat yang berasal dari bahan alam melalui proses bioteknologi. Ia menekankan pentingnya industri berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menggerakkan perekonomian suatu negara.
Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan bagaimana produk biofarmasi dikembangkan dari laboratorium hingga skala industri. Produk ini sendiri saat ini tengah berkembang pesat, data Institute of International Studies and Training Jepang menunjukkan bahwa produksi produk Biofarmasi mengalami peningkatan penggunaan di seluruh dunia. Di Asia sendiri penggunaan produk biofarmasi pada tahun 2014 mencapai 1,3862 milyar pengguna, angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan Eropa yang hanya 582,4 juta pengguna serta Amerika Latin 320,3 juta pengguna.
“Indonesia memiliki (±)30.000 jenis tanaman dan (±) 3.000 diantaranya adalah jenis tanaman obat, oleh sebab itu dengan adanya modal biota alam tersebut, sangat disayangkan jika penelitian yang dilakukan hanya berhenti sebatas paper, tugas akhir maupun tesis saja, sehingga perlu direalisasikan menjadi sebuah produk yang benar-benar bermanfaat untuk kemandirian bangsa,” ujar Direktur Utama Institut Ilmu Kesehatan UNAIR Prof. Nasronudin yang turut hadir dalam kuliah tamu tersebut.(*)
Penulis : Yeano Andhika, Dwi Astuti