Universitas Airlangga Official Website

HMKH SIKIA Gelar Kuliah Tamu Tentang PMK pada Babi

Prof Gusti Ngurah Mahardika saat menyampaikan materi PMK pada Babi. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Penyakit mulut dan kuku disingkat PMK merupakan penyakit hewan menular yang menyerang hewan berkuku belah baik hewan ternak maupun hewan liar seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa/kijang, unta dan gajah. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi. Di dunia internasional, penyakit PMK disebut foot and mouth disease yang disingkat dengan FMD. Penyakit PMK atau FMD disebabkan oleh virus yang dinamai virus penyakit mulut dan kuku (virus PMK) atau foot and mouth diseases virus (FMDV). Virus ini masuk dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus.

Babi merupakan salah satu hewan yang berisiko tinggi untuk terserang PMK. Untuk itu Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HMKH) Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) UNAIR Banyuwangi pada Sabtu (23/7) mengadakan kuliah tamu dengan topik “Penanggulangan dan Pencegahan Wabah PMK pada Peternakan Babi”.

Hadir dalam kesempatan virtual tersebut, Prof Gusti Ngurah Mahardika dari FKH Universitas Udayana sebagai pemateri. Prof mahardika di awal materi menyebut kembali munculnya wabah PMK setelah Indonesia dinyatakan bebas pada tahun 1990 adalah tantangan besar untuk dunia kedokteran hewan.

“PMK menular dengan cepat. Virus masuk ke dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung dan virus memperbanyak diri pada sel-sel epitel di daerah nasofaring, virus PMK kemudian masuk ke dalam darah dan memperbanyak diri pada kelenjar limfoglandula dan sel-sel epitel di daerah mulut dan teracak kaki mengakibatkan luka atau lepuh,” jelas Prof Mahardika.

Prof Mahardika menyebut Jika pada sapi yang terserang PMK, umumnya menunjukkan gejala mengeluarkan air liur berlebihan atau hiper salivasi disertai busa, namun pada babi jarang menunjukkan gejala seperti itu. Gejala yang terlihat pada babi, tandasnya, lebih kepada kepincangan kaki akibat lepuh, sehingga sulit untuk berdiri.

“Peternak babi perlu melakukan biosecurity kandang untuk meminimalisir penyebaran virus PMK,” ujar Prof Mahardika.

Langkah biosecurity kandang, lanjutnya, dapat berupa melakukan desinfeksi rutin menggunakan kaporit 30 ppm atau 1 gram untuk 30 liter air. Selain itu, tambahnya, setiap orang yang masuk dan keluar kandang harus menerapkan alur desinfeksi ketat.

“Untuk babi yang sudah terjangkit, dokter hewan dapat memberikan terapi antipiretik, anti radang, antibiotik, pemberian vitamin A untuk percepatan perbaikan kulit, vitamin C sebagai antioksidan. Sedangkan untuk terapi luar seperti lepuh dan luka bisa menggunakan larutan yodium dan harus dirawat di kandang yang kering,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan