UNAIR NEWS – Badan Semi Otonom (BSO) Teater Gapus Surabaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) mementaskan monolog Balada Sumarah dalam acara Pitulasan Culture: Games, Theatrical and Poetry Night pada Rabu (17/8/2022). Acara yang digelar Dewan Kesenian Sidoarjo itu terasa spesial karena skaligus ditujukan dalam rangka memeriahkan Kemerdekaan Ke-77 Republik Indonesia.
Relevan dengan Tema Kemerdekaan
Relevan dengan Tema Kemerdekaan
Aktor Monolog Balada Sumarah, Regina Jawa mengungkapkan bahwa pemilihan monolog tersebut selaras dengan Hari Kemerdekaan. Karena dalam monolog itu, tokoh wanita bernama Sumarah harus memperjuangkan keadilan dirinya karena stigma ayahnya yang diduga seorang PKI sehingga mengharuskannya bekerja menjadi TKW untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
“Iya, betul relevan. Dan sebetulnya juga, tidak ada niat khusus (yang lain, Red) untuk memilih balada Sumarah untuk ditampilkan dalam pertunjukan ini sih. Kebetulan saya selaku aktor sudah cukup menguasai naskahnya,” imbuh mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia itu.
Proses Kreatif
Mengenai proses kreatif pementasan, Jawa mengungkapkan bahwa persiapan monolog itu disiapkan selama dua minggu. Termasuk menghafal naskah. Ia berujar bahwa dalam proses tersebut mengalami kesulitan mempersiapkan blocking dan penguasaan panggung.
“Selain itu, propertinya minim. Sehingga memakai satu kursi. Ini menjadi tantangan tersendiri selama proses latihan dan persiapan. Butuh banyak waktu untuk menguasai panggung dengan baik,” ucapnya.
Bukan hanya itu, Ica selaku Sutradara Monolog juga mengungkapkan bahwa pementasan yang dirancangnya merupakan hasil dari perombakan naskah. Sebelumnya, naskah asli berdurasi satu jam diubah menjadi 15 menit.
“Kami rombak naskah dulu jadi 15 menit, karena naskah ini juga dipakai untuk mengikuti seleksi Peksiminas, lalu setelah itu (latihan) pemanggungan. Untuk setting yang lain kami sesuaikan dengan setting keadaan persidangan saja,” ujarnya
Kesan Aktor ketika Mendalami Peran
Selama mengalami proses kreatif, imbuh Jawa, dirinya merasa sedih dan bersimpati ketika membaca naskah itu. Menurutnya, tokoh Sumarah memiliki perjuangan berat. Tokoh Sumarah memiliki keinginan bertahan untuk mencukupi kebutuhannya dan ibunya yang berada di kampung. Selain itu, pada masa Sumarah menjadi TKW juga mendapatkan perlakuan tidak adil sehingga dihukum mati karena membunuh majikannya.
“Dari monolog ini juga kita dapat mendapatkan pelajaran bahwa masa lalu seseorang tidak menjadi apa yang akan terjadi kini atau bahkan pada masa yang akan datang,” ujarnya.
Penulis: Affan Fauzan
Editor: Feri Fenoria