Penelitian di bidang farmasi terus berkembang beriringan atau selalu mengejar perkembangan dan jenis penyakit yang muncul. Obat dikembangkan dalam fase penelitian yang panjang. Dahulu pengalaman empirik para nenek moyang manusia memimpin perkembangan terapi di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman, muncul pendekatan obat isolate murni, diuji dengan metode yang sistematis sehingga kesimpulan didapatkan dengan lebih sahih. Dikenal adanya uji preklinik, yakni sebelum diujikan pada manusia obat diujikan pada subyek hewan coba atau sel. Berkembang terus hingga muncul perkembangan terkini yakni uji in silico, menggunakan pendekatan matematis dan komputerisasi yang memberi petunjuk awal kemana hasil pengujian pada subyek hidup akan berujung.
Dalam dunia farmasi, obat sintetik dapat dikembangkan dari senyawa induk yang terinspirasi dari senyawa bahan alam, baik dari tanaman, maupun protein yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Seringnya senyawa ini diisolasi lalu dimodifikasi sehingga muncul efeknya yang maksimal pada tubuh. Tidak terbatas dari bahan alam, dikenal juga Drug repurposing. Dari bahasanya saja bisa dipahami, istilah ini menunjukkan bahwa obat lama yang digunakan untuk tujuan A dapat dikembangkan atau diteliti kebermanfaatannya untuk tujuan B. Mengajarkan kepada dunia Kesehatan bahwa obat dinamai anti-nyeri hanyalah karena selama ini efek yang diketahui dengan pasti adalah mengurangi nyeri. Pun demikian obat diabetes, bukan berarti ketika obat tertentu dikembangkan khusus untuk penyakit diabetes, membatasi obat tersebut berinteraksi dengan fungsi tubuh kita yang lain. Drug repurposing adalah konsep yang termasuk memberi alternatif dan menguatkan pandangan tentang bahwa manusia masih punya banyak resource untuk pengembangan senyawa baru obat.
Munculnya jenis dan obat dari waktu ke waktu berusaha untuk menjawab strategi penggunaan obat yang bagaimana yang mampu membunuh sel kanker secara baik dan menimbulkan efek samping yang minimal. Meskipun nyatanya tidak mungkin tanpa efek samping, berusaha manfaatnya lebih besar dari pada resiko tambahan yang dimunculkan, sebutannya Risk and Benefit Ratio. Ini yang membuat ketika efek samping yang tidak membahayakan, minor atau dapat dicegah dengan metode tertentu, muncul menjadi sifat bonus dari suatu obat, maka obat dalam batas tertentu masih bisa dikatakan aman untuk digunakan. Tidak terkecuali dalam pengembangan obat kanker. Kanker yang dikenal secara medis dan awam secara umum diterapi dengan obat yang membunuh sel kanker. Sifat obat dibutuhkan sitotoksik, yaitu toksik terhadap sel. Pada akhirnya terus diupayakan obat-obat baru dengan efek toksik pada sel tubuh non-kanker yang lebih dan jauh lebih minimal. Hingga kini, tidak hanya penelitian terapan, namun penelitian dasar terkait drug repurposing di area penyakit kanker masih dan terus akan dikembangkan.
Review atau kajian secara komprehensif yang terkini dari Moshawih dkk dilakukan untuk membuka cakrawala pengetahuan mengenai sampai dimana kita membuka peluang bagi pengembangan obat kanker khususnya kanker kolorektal yang lebih dari setengah kasus di dunia berasal dari Asia. Dalam publikasi yang memuat kajian tersebut terlihat bahwa hingga kini terdapat satu golongan protein target paling dominan dari kinerja obat kanker di dalam tubuh yakni protein-protein kinase. Dalam review tersebut, tercatat bahwa dalam kurun 15 tahun terakhir, pengetahuan kita mengenai kandidat-kandidat senyawa baru yang berpotensi mengatasi penyakit kanker kolorektal dimunculkan oleh lebih dari 30 penelitian dengan indeks sitasi yang tinggi, artinya dirujuk dengan baik oleh peneliti-peneliti lain di dunia. Istimewanya, kesemua penelitian itu memanfaatkan metode komputerisasi atau disebut in silico, memanfaatkan teknik obat kandidat pada reseptor yang ditarget atau disebut docking. Serta melakukan drug repurposing pada obat-obat yang sudah ada di pasar selain kandidat obat baru dari bahan alam. Pada akhirnya kita belajar bahwa ke depan pengembangan obat khususnya dalam penanganan kanker kolorektal akan terus menemukan titik terang. Tentu dibarengi dengan adanya inisiatif yang tinggi, kolaborasi dan pemanfaatan teknologi terkini oleh seluruh lembaga penelitian dan universitas di seluruh dunia. Tidak terkecuali peneliti-peneliti dari Indonesia yang terbukti penelitiannya telah masuk dalam jajaran artikel yang diulas dalam publikasi Review di atas. Membanggakan.
Penulis: Chrismawan Ardianto, S.Farm., M.Sc., Apt., Ph.D
Merujuk publikasi ilmiah Chrismawan Ardianto, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dalam artikel Moshawih et al., 2022 berjudul Target-Based Small Molecule Drug Discovery for Colorectal Cancer: A Review of Molecular Pathways and In Silico Studies. Dipublikasikan pada Biomolecules Vol. 12(7), 878; doi: 10.3390/biom12070878