UNAIR NEWS – Penyakit jantung merupakan penyakit dengan prevalensi yang sangat tinggi di seluruh dunia. Diperkirakan, sekitar 1 dari 3 kasus kematian disebabkan karena penyakit yang menyerang organ jantung. Di Indonesia sendiri, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI pada tahun 2018, jumlah penderita penyakit jantung mencapai 4 hingga 5 juta jiwa.
Penyakit jantung dapat diklasifikasi menjadi beberapa macam seperti penyakit jantung koroner, penyakit jantung katup, penyakit jantung akibat kondisi genetis, penyakit jantung yang terkait hipertensi, dan penyakit jantung yang terkait dengan kelistrikan. Selain itu, penyakit jantung juga dapat disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan paru-paru.
“Penyakit jantung bisa terkait dengan paru-paru. Orang yang asma paru-parunya bisa bermasalah. Juga kemudian jantungnya juga bisa bermasalah,” tutur dr Rendra Mahardhika Putra SpJP FIHA pada gelaran Dokter UNAIR TV bertajuk Jangan Tunggu Terlambat, Jaga Jantung Tetap Sehat, Jumat (30/9/2022).
Faktor Risiko Penyakit Jantung
Terdapat dua faktor risiko yang berkontribusi terhadap munculnya penyakit jantung, yakni faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah berkaitan dengan genetik dan warisan dari orang tua sehingga yang dapat dilakukan adalah mencegah penyakit jantung muncul lebih cepat. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah erat kaitannya dengan gaya hidup.
“Karena ada teknologi, kita semakin lama semakin mudah, ya. Semakin mudah kita membeli makanan-makanan instan ke depan meja dan kita menjadi sudah sangat terbiasa berjalan dan tidak beraktivitas,” terang staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Kehidupan yang pasif menjadi faktor risiko munculnya penyakit jantung. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk senantiasa waspada, aktif bergerak, dan mengetahui jenis makanan baik yang sehat maupun sebaliknya. Aktivitas merokok juga dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Berbagai Gejala
dr Rendra menyatakan bahwa penyakit jantung memiliki dua spektrum yaitu simptomatis (bergejala) dan asimptomatis (tanpa gejala). Kasus asimptomatis biasanya banyak ditemui pada pasien diabetes akibat kondisi neuropati yang menyertai.
Beberapa gejala jantung yang khas yang biasanya banyak ditemui antara lain jantung berdebar serta nyeri dada terutama pada bagian sebelah kiri. “Rasanya berat seperti tertimpa kemudian menjalar ke lengan atau ke leher dan biasanya buat aktivitas rasanya nyerinya tambah berat,” jelas dr Rendra.
Rasa sesak juga biasanya menjadi gejala munculnya penyakit jantung. Rasa sesak ini dapat muncul saat berjalan, naik tangga, perubahan posisi (misal dari duduk ke tidur), dan dapat pula muncul saat terbangun di tengah malam.
Tidak hanya itu, penyakit jantung juga dapat ditandai dengan kaki yang bengkak. Biasanya, penderita penyakit jantung akan mengalami kondisi bengkak bilateral (kaki kanan dan kaki kiri). Sedangkan, bengkak unilateral (pada bagian kiri saja atau kanan saja) biasanya berkaitan dengan pembuluh darah.
Mengingat bahaya dari penyakit jantung ini, dr Rendra menekankan pentingnya check-up rutin guna mengetahui kondisi kesehatan jantung utamanya pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi terserang penyakit ini.
“Jangan sampai Anda tidak tahu bagaimana kesehatan jantung Anda. Anda harus aware bagaimana kondisi jantung dan bisa melakukan ikhtiar yang maksimal,” pesannya. (*)
Penulis: Agnes Ikandani
Editor: Binti Q. Masruroh