Universitas Airlangga Official Website

BEM FKM UNAIR Gelar International Webinar Bahas Kesehatan dan Perubahan Iklim

FKM NEWS – Minggu (16/10/2022), Departemen Riset dan Prestasi (Rispres) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan International Webinar berjudul “Climate Change and Non-Communicable Disease: Prevent to Protect, Now or Never”. Webinar ini dilakukan secara online melalui media Zoom Meeting. Adapun pembicara webinar adalah Prof. Dr. Meisam Tabatabaei yang merupakan seorang profesor environmental biotechnology di Universiti Malaysia Terengganu.

Webinar ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Public Health International Competition (PHIC) 2022. Sebanyak 573 orang yang berasal dari dalam maupun luar negeri hadir sebagai peserta webinar. Webinar dibuka dengan sambutan dari ketua pelaksana yaitu Pindi Dwi Irwansyah, kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Laura Navika Yamani, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing Departemen Rispres dan Dr. Santi Martini, dr., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR.

Sambutan Dekan FKM UNAIR, Dr. Santi Martini, dr., M.Kes

Pada sesi pemaparan materi, Prof. Meisam membahas mengenai Health and Climate Change. Climate change atau perubahan iklim yang melanda dunia menyebabkan berbagai masalah lain seperti kerawanan pangan dan air bersih, heatwaves atau gelombang panas dan penyebaran penyakit menular. Adanya masalah tersebut kemudian berimbas salah satunya pada angka kematian. Pada heatwaves contohnya, di tahun 2019 terdapat sekitar 345.000 kematian pada orang berusia lebih dari 65 tahun karena adanya suhu panas yang ekstrem. Hal ini terjadi di semua wilayah WHO kecuali Eropa.

Pemaparan materi oleh Prof. Dr. Meisam Tabatabaei

Lebih lanjut, Prof. Meisam menjelaskan dampak lain dari climate change yaitu terjadinya penurunan hasil panen pada beberapa komoditas makanan pokok seperti jagung, gandum, kedelai dan beras. Jika kondisi ini berlangsung secara terus-menerus maka ketahanan pangan dunia pun akan terancam. Oleh karena itulah, setiap negara perlu melakukan perencanaan adaptasi dan ketahanan kesehatan yang meliputi perencanaan adaptasi nasional dan penilaian kesehatan, layanan informasi iklim, implementasi (deteksi, kesiapsiagaan, dan tanggap darurat) serta ekonomi dan keuangan. Di akhir pemaparan materinya, Prof. Meisam menambahkan bahwa penanganan climate change membutuhkan keterlibatan publik dan politik mulai dari pihak media, akademisi, masyarakat, pemerintah hingga sektor swasta.

This will only possible if world leaders commit to urgent action and act together to ensure no person is left behind,” tutup Prof. Meisam.

 

Penulis: Annisa Awip Alvionita