Universitas Airlangga Official Website

Dua Mahasiswa FISIP UNAIR Masuk Nominasi Festival Film Indonesia 2022

Daftar nominasi kategori penghargaan kritik film: tulisan dan non tulisan (Foto: Instagram @festivalfilmid)

UNAIR NEWS – Dua mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (UNAIR) masuk dalam jajaran nomine penghargaan khusus karya kritik film terbaik Festival Film Indonesia 2022. Mereka adalah Dimas Ramadhiansyah dan Nimas Safira Widhiasti Wibowo.

Keduanya tidak menyangka karya yang bermula dari tugas mata kuliah Kajian Sinema ini akan membuahkan hasil yang membanggakan. Bahkan, lolos seleksi dan terpilih menjadi top lima nominasi menyisihkan 130 karya kritik lain.

Tulisan Dimas yang bertajuk  “Penyalin Cahaya: Ketika Tubuh Dilukis dalam Ekosistem Digital” menyoroti penggambaran tubuh dan seksual dalam digital untuk membedah tindak kekerasan seksual. Sebagaimana yang dialami oleh pemeran Suryani pada film karya Wregas Bhanuteja tersebut.

“Dari sekian banyak kasus kekerasan seksual kita masih terkonsep pada kekerasan seksual yang sekadar pemerkosaan, pencabulan, pelecehan, dan lain-lain. Padahal sebenarnya segala bentuk konsep ketika seseorang berusaha mengintervensi tubuh kita secara paksa dan tanpa izin itu termasuk bentuk kekerasan seksual,” kata Dimas saat wawancara virtual, Senin (24/10/2022). 

Ia juga menjelaskan sisi negatif dari ruang digital dimana banyak terjadi kasus kekerasan seksual yang mengeksploitasi tubuh menjadi objek yang dapat dinikmati. “Diskursus ini membuka pengetahuanku juga bahwa ekosistem digital sebagai media kreasi, ternyata dapat menjadi bumerang ketika kita tidak memanfaatkannya dengan baik,” tuturnya.

Sementara karya kritik Nimas dengan judul “Yuni (2021): Bakal Rabi” mengangkat isu minoritas perempuan yang dipaksa menikah muda akibat tuntutan budaya patriarki. Ia tertarik menggali secara akademis film besutan sutradara Kamila Andini ini karena banyak nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dan penggambaran tokoh-tokohnya yang kompleks.

Selain itu, fenomena pernikahan dini masih menjadi persoalan krusial di beberapa daerah di Indonesia. Isu perempuan juga relevan mengingat gelaran FFI 2022 mengusung tema “Perempuan: Citra, Karya, dan Karsa” sehingga melalui tulisannya, Nimas ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan berhak untuk bersuara.

“Sebagai perempuan kita harus membuka mata kalau kita kuat. Perempuan juga punya suara dan kita harus memperjuangkan keinginan atau cita-cita kita,” ucap perempuan asal Madiun itu.

Kedua mahasiswa angkatan 2019 ini optimis dapat mengharumkan nama almamater UNAIR dan dosen-dosen yang telah membimbing mereka di antaranya Kukuh Yudha Karnanta SS MA, I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa SSos MCA PhD, Theo Maulana SIKom, serta Dr Tito Imanda SSos MA pada malam anugerah FFI yang akan digelar November mendatang.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan