UNAIR NEWS – Maraknya kasus depresi, gangguan perilaku, hingga bunuh diri yang terjadi pada usia remaja membuat isu terkait kesehatan mental remaja seharusnya mendapatkan banyak perhatian. Selaras dengan hal tersebut, Departemen Komunikasi UNAIR menggelar Kuliah Tamu Komunikasi Kesehatan dengan tajuk “Kesehatan Mental dan Anak Muda: Mencari Solusi Terbaik” pada Senin (24/10/2022) melalui zoom meeting.
Dr Ike Herdiana M Psi hadir sebagai narasumber menyampaikan materi terkait kesehatan mental pada remaja. Dr Ike menuturkan bahwa masa remaja adalah masa yang unik dan formatif dimana terjadi perubahan fisik, emosional, dan sosial yang kemudian dapat membuat mereka rentan terhadap masalah kesehatan mental.
“Tidak memaksakan diri dalam proses pencarian jati diri dan tidak membandingkan kondisi diri dengan orang menjadi salah satu langkah yang bisa mengatasi permasalahan yang biasanya muncul di masa remaja. Hal tersebut adalah kondisi adaptif,” terang Ike.
Ia juga menjelaskan bahwa terdapat remaja yang tidak bisa melewati masa remaja dengan baik dikarenakan banyak faktor seperti latar belakang keluarga dan trauma pengalaman yang tidak menyenangkan. Untuk itu, sambungnya, ada akses perawatan kesehatan mental menjadi sangat penting untuk kesehatan mental mereka yang berada di usia remaja.
“Platform kesehatan mental sudah semakin banyak sehingga akses ke perawatan kesehatan mental pada remaja sudah sangat terbuka untuk sekarang, contohnya riliv. Barangkali mensosialisasikan ini yang masih harus kita lakukan,” tutur Ike.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja adalah pola hidup. “Remaja bisa sehat dan sejahtera secara mental ketika mereka bisa menerapkan pola hidup yang sehat, seperti pola tidur, olahraga teratur, mengembangkan keterampilan interpersonal dan mengelola emosi,” lanjut Ike.
Beberapa masalah yang biasa dialami oleh remaja, jelasnya, yaitu penggunaan obat-obat terlarang, juvenile delinquency, depresi dan bunuh diri, serta eating disorders. Menurutnya, Saat ini banyak dijumpai remaja yang terobsesi dengan paparan sosial media seperti standar kecantikan yang mengikuti orang korea. Hal itu, kemudian menimbulkan masalah karena tidak bisa mencapai hal tersebut.
“Obsesi yang berlebihan dengan kenyataan yang tidak bisa, jatuhnya ya depresi dan stress sendiri. Jadi mereka sangat ingin tapi tidak bisa merealisasikan, itu yang saat ini banyak terjadi pada remaja”. tutur Ike.
Kehidupan remaja yang normal tidak terlepas dari stress. Salah satu cara untuk menghadapi stress adalah problem focused coping dimana menanggulangi stress dengan berfokus pada permasalahan yang dihadapi. “Untuk teman mahasiswa yang sedang stres dengan tugas kuliah, yang bisa kalian lakukan kerjakan tugas tersebut agar stresnya hilang,” tuturnya.
Pada akhir, ia menyampaikan strategi coping yang biasanya efektif untuk masa remaja dan dewasa awal diantaranya adalah berpikir positif dan optimis, meningkatkan kontrol diri, cari dukungan sosial, gunakan multiple coping, hingga hubungi profesional ketika dibutuhkan.
Penulis: Mentari
Editor: Nuri Hermawan