Universitas Airlangga Official Website

Diagnosis, Disclosure dan Stigma: Perspektif Anak-Anak Indonesia dengan HIV dan Keluarga Mereka

Foto by Orami

Jumlah kasus anak dan remaja sejak lahir hingga 19 tahun yang hidup dengan HIV mencapai 2,78 juta pada tahun 2020 (UNICEF, 2021) di mana hanya 22% anak usia di bawah 14 tahun yang didiagnosis HIV yang menjalani terapi ARV, dan 17% dari seluruh remaja berusia di atas 15 tahun yang didiagnosis HIV sedang menjalani terapi ARV (The Joint United Nations Programme on HIV and AIDS, 2020). Infeksi HIV tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik anak, tetapi juga dapat mengakibatkan kesulitan sosial ekonomi, stres psikososial dan masalah emosional, yang secara langsung berdampak pada anak dengan HIV dan keluarganya. Studi grounded theory ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman subjektif anak-anak yang hidup dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari perspektif anak-anak dan keluarganya di Indonesia.

Dua puluh peserta diwawancarai, terdiri dari 12 anak berusia 9–18 tahun dan delapan keluarga anggota. Menggunakan analisis grounded theory, penelitian ini mengidentifikasi tiga kategori: ‘mengatasi diagnosis’,’mengungkapkan status mereka’ dan ‘hidup dengan stigma HIV’. Anak dengan HIV dan keluarganya menanggapi penyakitnya dengan kaget, penyangkalan, kesedihan, kerahasiaan dan sering memiliki kesalahpahaman tentang virus sejak di awal diagnosis. Setelah diagnosis, anak-anak dengan HIV dan keluarga mereka terus hidup dengan stigma yang berasal dari keyakinan individu dan masyarakat tentang penyakit HIV tersebut. Stigma ini diwujudkan dalam tindakan seperti isolasi, penghindaran pengungkapan, kerahasiaan, penipuan dan penolakan sosial.

Karena stigmatisasi ini, banyak dari peserta memutuskan untuk tidak mengungkapkan status HIV anak dan menggunakan strategi seperti berbohong, menjaga rahasia dan menjaga jarak agar tidak diketahui jika menderita penyakit HIV. Dari penelitian ini, peserta menawarkan wawasan tentang perlunya program komprehensif untuk mengatasi kesenjangan perawatan. Studi ini menyoroti bahwa profesional kesehatan perlu mengembangkan pedoman praktis untuk mendukung keluarga selama proses pengungkapan, memberikan perawatan psikososial untuk anak-anak, dan menciptakan intervensi pengurangan stigma untuk anak-anak dengan HIV.

Penulis: Nuzul Qur’aniati

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36315215/