UNAIR NEWS – Prestasi tidak habis-habisnya ditorehkan oleh Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR). Kali ini, hal tersebut didapatkan oleh Mohammad Ayub Alcabib. Mahasiswa Fakultas Vokasi (FV) tersebut meraih juara tiga pada Olimpiade Perkumpulan Pendidikan Tinggi Kesehatan Tradisional Indonesia (PPTKTI) 2022 pada bidang Siniar (Podcast).
Dalam siniarnya, Ayub, membawakan tema tentang kualitas hidup dengan pengobatan tradisional. Tema tersebut berangkat dari sebuah keresahan mengenai kualitas serta gaya hidup masyarakat modern yang dirasa menjauh dari kata sehat dan condong mengikuti arus perkembangan zaman yang lebih senang mengkonsumsi junk food atau makanan cepat saji.
“Disini kami mencoba membuka pandangan masyarakat khususnya rekan-rekan mahasiswa bahwasanya konsumsi pengobatan tradisional atau gaya hidup secara tradisional ternyata tidaklah ketinggalan zaman,” jelasnya pada UNAIR NEWS (29/12/2022).
Ia merasa, makanan yang dikonsumsi masyarakat modern tersebut memiliki banyak efek jangka panjang yang kurang baik bagi tubuh. Dari sana, Ayub ingin mengembalikan kembali eksistensi dari minuman tradisional indonesia yang memiliki manfaat besar bagi tubuh, yaitu jamu.
“Mencoba menggali potensi konsumen agar jamu ini menjadi salah satu minuman kekinian di tengah anak muda serta tidak ada rasa canggung dan malas lagi untuk konsumsi jamu,” tambahnya.
Dalam perlombaannya, Ayub harus bersaing dengan 40 peserta lainnya yang terdiri dari mahasiswa di seluruh indonesia. Menurutnya, dalam membuat siniar, ia harus membawa suasana diskusi atau obrolan tetap cair dan mengalir sesuai dengan arah dan tujuan yang diharapkan.
“Jadi sebelum memulai melakukan diskusi kita sudah menyiapkan alur obrolan dan sudah di diskusikan kepada narasumber agar jawaban narasumber dan alur yang akan kita bangun tidak terlalu jauh dari topik yang kita inginkan,” ujarnya.
Ayub berharap, siniar yang membawa beragam tema salah satunya tentang pengobat tradisional mampu eksis di tengah masyarakat. Karena baginya siniar merupakan percabangan dari obrolan sehari-hari yang coba di dokumentasi dan dikemas menjadi menarik untuk bisa didengarkan oleh orang lain.
“Harapannya pemuda khususnya rekanan mahasiswa lebih berani berekspresi pada dasarnya kemerdekaan berekspresi adalah milik setiap insan,” tutupnya.
Penulis: Afrizal Naufal Ghani
Editor: Nuri Hermawan