Universitas Airlangga Official Website

Teater Gapus Sukses Pentas Fragmen III “C4” di Surabaya

Oleh: Nuzula Maghfiro

C4, naskah lakon ketiga karya Adnan Guntur yang bertemakan surealisme telah memasuki fragmen ke-III. Menyoal tentang pencarian, pelampiasan, hasrat, dan pertanyaan yang terus menerus tiada akhir.

“Yaitu proses melewati kehampaan dalam proses-proses manusia, ia siap menanggalkan segalanya. Ketakbermampuan ini menunjukan pelepasannya dari ke- aku-annya dan siap menuju dari antara ke antara.” tutur Adnan yang juga sutradara pementasan.

Pentas keliling Teater Gapus merupakan serangkaian FESSPA (Festival Seni Sastra Pertunjukan Avant-Garde) untuk menyambut hari jadi Teater Gapus.

Pentas keliling itu telah dilakukan di dua kota, yakni Pasuruan dan Sidoarjo. Pada tiap-tiap kotanya, penampilan Tetaer Gapus merupakan potongan-potongan naskah utuh C4. Di Surabaya kali ini, telah memasuki fragmen ke-III, yaitu dalam fase tentang penciptaan.

“Lakon C4 menguak sudut terbesar dari pertanyaan yang tidak mempunyai akhir dan kegelisahan-kegelisahan yang meledakkan kemampuan diri,” tambahnya.

Dibuka dengan pembacaan sinopsis C4, kita hadir dari suatu bentuk dan titik nulai menyatu perlahan menjadi sesuatu. Kita hadir dalam bentuk yang telah dianugerahi.

Selanjutnya suara dengungan berputar-putar mengisi ruangan. Kedua aktor, Regina Jawa dan Jagad Marsela mulai bergerak menata-menyusun kotak-kotak yang berada di sekelilingnya.

Dengan mengenakan pakaian serba hitam, Regina seolah merepresentasikan manusia yang abai dengan keadaannya dan terus berjuang melawan. Sedangkan Jagad, dengan pakaian serba putih di sisi panggung yang lain juga bergerak melakukan hal yang sama.

Setting yang diatur dalam panggung pementasan dengan kotak-kotak yang seolah labirin. Tali dan kain elastis yang menjulur dari atas membentuk gorong-gorong gelap yang menggambarkan ruang penuh kebingungan.

Aku ingin kau menyebut namaku. Aku tidak membutuhkanmu. Aku ingin kau menyebut namaku. Aku tidak membutuhkannya.

Itulah dialog yang bersahut-sahutan antar kedua aktor. Diucapkan dengan saling bergerak dan menindih satu sama lain. Menunjukkan konsep keilahian, tentang superioritas, namun terus mengalami penolakan.

Kita hidup di ruang kosong yang terus-menerus bocor. Kita hidup di ruang kosong yang terus-menerus bocor. Kita hidup di ruang kosong yang terus-menerus bocor.

Pentas ditutup dengan potongan ucapan-ucapan itu, Regina dengan adegan memutar kotak-kotak di tangannya.

“Pentas Fragmen III ini sangatlah luar biasa, mendapati penyorotan dari penonton dengan antusiasme. Dari segi panggung sendiri, kami menawarkan bentuk lain dalam menikmati sajian pertunjukan teater,” jelas Meilisa selaku asisten sutradara.

Pentas Teater Gapus di Surabaya ini pun turut dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Purnawan Basundoro, bersama dengan Dewan Kesenian Surabaya dan senior Teater Gapus lainnya.

“Ini merupakan sebuah upaya dalam rangka untuk mempopulerkan seni teater kepada masyarakat. Pentas keliling Teater Gapus ini menjadi energi dan spirit segar untuk kita semua,” tutur Purnawan dalam sambutannya.