UNAIR NEWS – Indonesia akan menghadapi bonus demografi di tahun 2030 mendatang, di mana angka usia produktif akan mendominasi populasi penduduk dan menjadi penyangga perekonomian. Namun, ada masalah yang menjadi perhatian pemerintah dalam menghadapi bonus demografi tersebut. Masalah yang dimaksud yakni stunting.
Dalam mendukung program pemerintah mempercepat penurunan stunting di Indonesia, BEM Universitas Airlangga menggelar Airlangga Talks 5.0 yang bertajuk Integrasi Kebijakan Pemerintah dan Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Indonesia Bebas Stunting. Forum itu menghadirkan tiga pembicara yang merupakan alumni Universitas Airlangga, yaitu Prof Dr Sri Sumarni SKM MSi, Dr Lutfi Agus Salim SKM MSi, dan Nanik Sukristina SKM MKes.
“Rata-rata IQ penduduk Indonesia masih terbilang rendah. Ini menjadi tantangan bagi generasi mendatang untuk meminimalisir angka pendidikan rendah menuju Indonesia emas. Kita harus menjadi menara air bagi masyarakat. Saya apresiasi kegiatan ini dalam menunjukkan komitmen integrasi peran mahasiswa bebas stunting,” tutur Prof Dr M Hadi Subhan SH MH CN Direktur Kemahasiswaan UNAIR dalam sambutannya saat membuka acara.
Prof Sri Sumarni mengawali pemaparan materi yang di gelar di Auditorium GKB Kampus C UNAIR pada Sabtu (11/02/2023). Menurutnya, Indonesia tidak terpisah dari pergaulan Internasional. Ada terget yang harus dicapai, salah satunya kasus stunting menjadi masalah yang cukup besar. Stunting menjadi tugas prioritas yang harus diselesaikan dan memiliki dampak jangka panjang.
Di tahun 2023 angka stunting turun menjadi 17 persen. Hal ini tidak terlepas dari tercapainya Tri Darma Perguruan Tinggi. Peran mahasiswa melalui KKN tematik pencegahan stunting, hingga turut serta program merdeka belajar kampus merdeka. BKKBN juga telah melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama upaya percepatan penurunan angka stunting. Bersama Kemendikbudristek serta Forum Rektor 2022, yang mana bertepatan UNAIR menjadi tuan rumah.

Lutfi Agus Salim menegaskan, sekarang ini mahasiswa dalam mengadapi bonus demografi sudah bukan lagi sebagai penyongsong melainkan memetik hasil bonus demografi. Disebut sebagai generasi Z dalam menentukan nasib bangsa, pemuda mempunyai dua pilihan dalam memilih kehidupan sejahtera atau sengsara. Dengan ini mahasiswa diharapkan memiliki cita-cita yang luhur serta ilmu dalam mendukung percepatan penurunan stunting.
Pembangunan karakter meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta perilaku positif remaja dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarga. Bisa disimpulkan peran mahasiswa yakni sebagai pendukung, advokasi, pendorong, penggerak, lumbung piker, serta menjadi suri tauladan.
“Bisa disebut integrasi kebijakam pemerintah dan peran mahasiswa saling berkolaborasi dalam mewujudkan Surabaya zero growth stunting,” ucap Nanik Sukristina.
Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya menambahkan, dibantu oleh beberapa perguruan tinggi di Surabaya terutama UNAIR terjun langsung dalam mengimplementasikan kebijakan penurunan stunting di Kota Surabaya.
BBKBN meluncurkan apilikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) meliputi skrining deteksi awal terhadap potensi bayi yang akan dilahirkan. Selain itu, kegiatan pendampingan balita, sosialisasi serta pemberian kudapan makanan bergizi dilakukan dalam menuntaskan persoalan stunting. (*)
Penulis: Mutiara Rachmi karenina
Editor: Binti Q. Masruroh