Universitas Airlangga Official Website

Opini Prof. Badri Munir Sukoco: Strategi Industri Indonesia (Harian Kompas, 19 Januari 2023)

Atensi Bangsa dan Kemajuannya

Badri Munir Sukoco
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Airlangga

https://pasca.unair.ac.id/badri-sukoco

Harian Kompas – 19 Januari 2023
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/01/18/strategi-industri-indonesia

Pertengahan Oktober lalu, Indonesia dinyatakan melanggar ketentuan World Trade Organization (WTO) terkait pelarangan ekspor nikel. Presiden Jokowi memerintahkan Indonesia untuk banding akan keputusan ini. Bahkan menegaskan tidak hanya nikel; namun bauksit, timah, dan tembaga segera dilarang ekspor secara mentah.

Kebijakan Presiden dapat dipahami karena nilai ekonominya berlipat dengan industrialisasi di dalam negeri. Untuk nikel, pendapatan ekspor naik hampir 22 kali lipat dibandingkan sebelum pelarangan ekspor dilakukan. Untuk bauksit, kenaikan pendapatannya diharapkan lebih dari 3 kali lipat dari sekarang. Begitu juga untuk tembaga, timah, dan bahan mentah yang lain.

Mengantarkan Indonesia keluar dari middle income trap (MIT), minimal pondasi yang kokoh, merupakan janji Presiden dalam pelantikan periode keduanya. Meskipun terlambat, namun kebijakan industrialisasi bahan mentah diatas patut diapresiasi. Apalagi GDP per kapita Indonesia masih sepertiga dari batas minimal negara maju pada 2021.

Keun Lee (2019) mensyaratkan kapabilitas inovasi untuk menjadi negara maju. Ketika industri memiliki kapabilitas inovasi, produk yang dihasilkan akan bernilai tambah tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Bagaimana strategi industri Indonesia?

Kapabilitas Inovasi

Mayoritas pengambil kebijakan terobsesi menjadikan wilayahnya menjadi Silicon Valley yang kedua. Obsesi tersebut salah menurut Dan Breznitz (2021), karena pertumbuhan ekonomi sebuah wilayah kurang optimal dan dampaknya hanya dinikmati oleh penduduk dengan kompetensi tertentu saja. Nilai tambah tinggi hanya dinikmati segelintir orang, namun sebagian besar “penumpang kapal” kurang terdampak.

Sebagai ilustrasi, industri sepeda dimulai awal abad 19, hingga sekarang belum memperlihatkan inovasi yang radikal didalamnya. Namun ada 2 pemain besar dunia didalamnya. Shimano sebagai produsen sistem transmisi menjadi pemain dominan dunia. Sulit menemukan sepeda yang bersistem transmisi atau komponen lainnya tanpa Shimano didalamnya. Begitu juga dengan Giant, produsen sepeda Taiwan, dengan pendapatan US$2 milliar. Proyek bersama yang dilakukan dengan Industrial Technology Research Institute (ITRI) milik pemerintah menjadikan Giant sebagai pemimpin global produsen rangka sepeda berbahan carbon-fiber dan material maju lainnya. Kapabilitas inovasi tersebut mengakibatkan produsen sepeda Amerika dan Eropa menjadi kurang inovatif dan kehilangan pangsa pasarnya, sedangkan produsen China dan India memilih berfokus pada sepeda berkualitas lebih rendah (dan tentunya murah).

Hal yang sama juga terjadi di industri smartphone, komputer, otomotif, bahkan pesawat. Semakin jarang ditemukan produsen mengerjakan produknya dari desain hingga siap dikonsumsi. Globalisasi mendorong produksi yang terfragmentasi, dimana masing-masing perusahaan akan fokus dalam berinovasi pada komponen dan/atau sistem yang mereka unggul didalamnya.

Fragmentasi Produksi

            Digitalisasi dan transportasi yang semakin terintegrasi menjadikan globalisasi terfasilitasi dengan baik. Spesialisasi terjadi di beragam belahan dunia, dengan pemenangnya mengembangkan kapabilitas inovasi yang superior pada tahapan produksi sebuah produk. Chris Miller (2022) menggambarkan nilai strategis Taiwan dalam perang chip yang berperan sentral pada beragam produk teknologi tinggi, dari smartphone hingga mobil listrik. Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) menyuplai hampir 54% chip seluruh dunia, dengan memfokuskan dirinya melakukan fabrikasi chip berdasarkan desain dari pelanggannya. Sedangkan perusahaan di Silicon Valley atau Israel akan fokus pada pengembangan dan desain chip baru. Hal ini memungkinkan mereka akan fokus mengelola talenta yang sesuai untuk mengembangkan chip baru yang dikembangkan, adapun TSMC fokus pada investasi peralatan yang mencapai US$36 miliar hanya pada tahun 2022 dan proses fabrikasinya.  Spesialisasi inilah yang menjadikan perusahaan semakin unggul dengan kapabilitas inovasi yang dimilikinya.

            Selain itu, skala ekonomi dan cakupan pada tahapan produksi juga berperan penting. Keberadaan contract-manufacturing organizations (CMO), seperti Foxconn yang memproduksi semua produk Apple, semakin krusial perannya. Kemampuannya dalam menghasilkan produk secara massal namun fleksibel, tergantung merk yang menggunakan jasanya, dan dukungan supplier industri telekomunikasi yang ada di China menjadikan perannya krusial bagi dunia. Hal yang sama juga dilakukan oleh William and Victor Fung, dengan fungsi sama pada industri tekstil dan apparel dunia. Nike, Timberland, Tory Burch, Balenciaga, bahkan Prada adalah kliennya.

            Mengingat masing-masing tahapan produksi membutuhkan kapabilitas inovasi yang berbeda, tentu ekosistem yang perlu dibangun juga berbeda. Breznitz membagi 4 tahapan produksi yang dapat dipilih, baik oleh organisasi atau negara, dalam mengembangkan kapabilitas inovasinya. Pemilihannya akan tergantung dari kekuatan dan sumberdaya dari masing-masing wilayah, dan keunggulan apa yang akan dibangun didalamnya.

Pertama, kebaruan yang menjadi obsesi pengusaha, pemimpin perusahaan, maupun pengambil kebijakan dari seluruh dunia. Tahapan ini mentransformasi invensi baru menjadi inovasi yang berguna. Tahapan ini menjadikan Silicon Valley melegenda, dengan dukungan modal ventura untuk pengembangan teknologi dan industri baru. Dan tentunya pasokan talenta menjadi kebutuhan, yang di-suplai oleh perguruan tinggi terbaik dunia di California dan sekitarnya. Bilamana tidak ditemukan dalam lingkungan sekitar, digitalisasi memudahkan talenta dari beragam dunia bergabung didalamnya. Hal inilah yang menjadikan dampak ekonomi tahapan ini pada sebuah wilayah tidak sebesar harapan yang digantungkan.

Kedua, perusahaan yang memiliki ide bagus namun ragu untuk langsung diproduksi, dapat memanfaatkan jasa perusahaan desain, pengembangan prototipe, dan teknik produksi. Pada industri telekomunikasi, dominasi perusahaan Taiwan pada tahapan ini menjadikan Silicon Valley, Tel Aviv, dan lainnya sangat tergantung. Tahapan inilah yang memampukan Taiwan memiliki pekerjaan berpenghasilan tinggi dari beragam ketrampilan yang dibutuhkan didalamnya.

Ketiga, produk generasi kedua dan inovasi komponen. Tahapan ini menghasilkan inovasi yang inkremental, dengan mengombinasikan dan memperluas kegunaan produk yang telah ada. Semua produsen mobil besar dunia saat ini berada pada tahapan ini, termasuk peran dari Shimano dan Giant diatas.

Keempat, produksi dan perakitan sebagai tahapan menggabungkan ratusan bahkan ribuan komponen dalam sebuah produk yang akan dikonsumsi. Tentu komponennya berasal dari beragam belahan dunia, karena fragmentasi produksi diatas. Tahapan ini juga terkait dengan sistem yang mampu melakukan perubahan spesifikasi produk secara dinamis sesuai kebutuhan pasar. Provinsi Guangdong di China terkenal dengan beragam produsen produk tanpa merk. Kemampuan produsen yang terbangun bertahun-tahun dalam memproduksi jutaan bahkan miliaran produk, memodifikasi, bahkan menghentikannya dalam waktu singkat menjadikan mereka unggul di seluruh dunia. Hal inilah yang dilakukan oleh Foxconn atau William and Victor Fung, ratusan produk dari beragam merk dari seluruh dunia memanfaatkan spesialisasi terbaik mereka. Meskipun jarang diliput media, namun inovasi pada tahapan ini menghasilkan lapangan kerja bagi jutaan orang dan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dibandingkan start-up seperti Silicon Valley atau talenta berkompetensi tinggi di Taiwan. 

Rekomendasi

Bersaing dengan negara lain pada sektor industri yang mengandalkan biaya murah (khususnya SDM) atau eksploitasi bahan mentah, bukanlah pilihan tepat untuk keluar dari MIT. Memilih industri strategis yang bernilai tambah tinggi, misalnya baterai mobil listrik, merupakan langkah awal yang perlu dilakukan. Diikuti dengan memilih tahapan produksi diatas untuk membangun industri di Indonesia. Studi Breznitz menunjukkan sebagian besar wilayah fokus pada 1 tahapan diatas, namun jarang kombinasi dua atau lebih tahapan diatas akan sukses. Hal terpenting adalah bagaimana industri dan tahapan produksi yang dipilih memiliki posisi dan nilai yang unik agar bernilai tambah tinggi.

Pemilihan ini akan menjadi dasar kapabilitas dan ekosistem inovasi apa yang akan dibangun di Indonesia. Presiden menekankan pentingnya mengelola ekosistem industri baterai mobil listrik maupun industri strategis lain yang akan dikembangkan Indonesia. Arahan ini penting ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi masing-masing pemain dalam ekosistem industri yang akan dibangun. Dalam konteks industri baterai mobil listrik, tentu keterlibatan pemerintah pusat dan daerah sebagai regulator dibutuhkan, terutama insentif yang akan diberikan. Investor yang akan melakukan hilirisasi, lembaga pembiayaan (perbankan), BUMN yang akan terlibat, perguruan tinggi pendidik SDM siap pakai (baik vokasi dan akademik), masyarakat tempat beroperasinya industri dan pihak lain yang berkontribusi dalam industri ini.  Dengan mengidentifikasi sumberdaya, peran, nilai tambah yang diberikan, dan apa yang akan didapat oleh masing-masing pihak (ecosystem pie model, Talmar dkk., 2020), ekosistem industri baterai mobil listrik maupun industri strategis lain akan berjalan. Hasilnya, total linkage effect yang dihasilkan dari ekosistem industri akan mampu menjadi lokomotif baru pertumbuhan ekonomi Indonesia.