Universitas Airlangga Official Website

Kebanggaan Terhadap Almamaternya dari Alumni FE UNAIR 73

Pada tanggal 17 s/d 19 Februari 2023 kami alumni Fakultas Ekonomi Unair Angkatan 1973 mengadakan reuni emas 50 tahun. Angkatan kami ini tergolong Angkatan “Yangti” dan “Yangkung” maklum rata-rata usia kami berkisar antara 69 -70 tahun. Angkatan FER Unair 1973 ini adalah angkatan yang unik karena tahun 1973 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya hanya menerima murid –murid SMA jurusan IPA. Saya tidak tahu alasannya FE UNAIR waktu itu menerima calon mahasiswa khusus jurusan IPA. Padahal sebelum-belumnya dan sesudahnya menerima murid SMA jurusan IPS. Anggota angkatan 73 yang ikut reuni ini berasal dari jurusan umum (sekarang Studi Pembangunan), Perusahaan (sekarang Manajemen) dan Akutansi. Mereka ini ada yang mantan pejabat perbankan, pejabat birokrasi pemerintahan dan perusahaan swasta, ada yang masih aktif menjadi dosen dsb.

Pada hari pertama agenda acara reuni ini adalah Campus Pilgrimage dengan rute pertama mengunjungi kampus C karena sebagian besar – terutama yang berdomisili di luar Surabaya belum mengetahui perkembangan kampus C ini. Rute kedua mengunjungi kampus B tempat dimana kami semua berkuliah dulu, dan ada yang nyeletuk tempat “ngerpek” (nyontek) selama kuliah. Di Kampus C sebagian besar diantara kami merasa “ketenggengen” (bahasa Jawa: terpesona) akan keasrian dan kemegahan area kampus C sekaligus berfoto riya karena memang lokasinya “Instagramable” kata anak-anak milenial sekarang, Berfoto di lantai satu kantor Manajamen Unair juga di Ruang Garuda Mukti. Terakhir berkeliling kampus C dengan Buggy Car yang difasilitasi Rektorat.  Berkeliling di kampus B juga membuat para “Kakek” dan “Nenek” 73 ini terpersona dengan berbagai perubahan yang drastis bila dibandingkan dengan kondisi pada saat kami berkuliah tahun 1973 itu.

Pada tahun 1970 an itu area Kampus B masih melompong dipenuhi alang-alang artinya tidak dipenuhi bangunan-bangunan gedung seperti sekarang, dan gedung yang ada hanyalah Fakultas Hukum dan Ekonomi, dibagian sebelah selatan ada lapangan sepakbola – yang kononnya dibangun oleh alumni Fakultas Kedokteran yang menjadi direktur Pertamina jaman Orde Baru dulu yaitu Jendral TNI dr. Ibnu Sutowo (beliau ini pernah diperintahkan presiden Suharto untuk menemui Prof. Habibie di Jerman dan memintanya untuk pulang ke Indonesia untuk membangun negara). Lapangan sepakbola itu kalau malam dipakai gelandangan tidur dan anak-anak kecil dari kampung Gubeng Airlangga main bola di sore hari. Kawasan Kampus B itu dikeliling perumahan dinas dosen UNAIR. Sekarang lapangan sepakbola itu sudah tidak ada karena diatasnya dibangun gedung Fakultas Hukum dan Perpustakaan. Disebelah samping gedung Fakultas Hukum dan Ekonomi itu dulu ada dua bangunan memanjang dengan separohnya dinding tembok dan separuhnya kayu. Gedung itu mirip tempat peristirahatan karyawan yang bekerja di hutan Kalimantan atau mirip bangunan rumah di Amerika Serikat jamannya the wild – west dulu. Satu gedungnya ditempati kantor Senat Mahasiswa Fakultas Hukum dan satunya kantor Senat Mahahiswa Fakultas Ekonomi. Sekarang kampus dimana kami berkuliah dulu berubah total dengan penataan yang lebih bagus.

Acara campus pilgrimage tour ini membuat semua anggota alumni FE Unair Angkatan 73 ini merasa bangga dengan kemajuan yang dicapai oleh almamaternya.

Acara reuni berikutnya dilanjutkan di daerah kota Batu dimana kami semua melepas rasa kangen dengan saling bercerita tentang kondisi kesehatan, informasi tentang obat yang harus diminum bila menderita penyakit tertentu, cerita tentang anak-anak dan cucu-cucu, informasi tentang gerakan berolahraga untuk orang-orang senior (= sepuh) sampai berdiskusi ringan tentang kondisi politik dalam negeri dan geopolitik internasional termasuk diskusi tentang betapa enaknya jajanan ketan yang dibeli di Pos Ketan Legenda yang terkenal di kawasan alun-alun kota Batu (ada yang menyebut “Ketan Yuni Shara”), sahabat dari Jakarta saking sukanya dengan ketan Batu ini mengatakan bahwa aroma “poya” kedelai itu baunya dari jauh sudah terasa bak aroma parfum seorang selebriti nasional yang terkenal. Maklum karena yang berdiskusi tentang makanan jajajan ketan ini alumni Faultas Ekonomi Unair maka yang didiskusikan tidak hanya soal taste nya tapi perhitungan tentang profit margin, volume of production, marketing dsb. Pendek kata “we held a wide-range of discussion on current issues” – dari soal ketan sampai soal perang Rusia dengan Ukraina dan nasib dolar Amerika Serikat kedepannya.

Yang tidak kalah menariknya dalam diskusi ringan para alumni usia 70 an ini adalah masukan mereka tentang perlunya membangun Self Confidence atau rasa percaya diri para alumni Unair karena menurut pengalaman mereka yang mempunyai staf lulusan Unair yang diakui sangat pinter-pinter, tapi sayang “pendiam” tidak pandai mengekspresikan pendapatnya. Saya ingat masukan seperti itu juga pernah dilontarkan oleh cak Prof. Prasetio alumni FE Unair jurusan akuntansi yang sekarang menjadi Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Garuda yang sangat perhatian terhadap upaya membangun kepercayaan diri para alumni Unair. Saya juga ingat hal yang sama pernah disampaikan oleh Rektor Unair Prof Nasih kepada para wisudawan Unair bahwa mereka tidak boleh rendah diri mengingat mereka lulusan dari Unair sebuah perguruan tinggi yang terkemuka di level internasional, Asia dan nasional. Rendah diri tidak boleh kata pak Rektor namun harus rendah hati.

Sebelumnya dalam acara resepsi acara reuni emas 50 tahun alumni FE Unair 73 ini – meskipun tidak sangat detail – saya memberikan informasi tentang pencapaian ranking Unair di tingkat internasional, Asia dan nasional.

Secara pribadi saya merasa bangga dengan sahabat-sahabat saya itu meskipun sudah banyak yang pensiun namun masih memiliki perhatian yang kuat memajukan almamater serta alumni nya. Mereka sangat bangga menjadi alumni Unair.