UNAIR NEWS – Center of Human Right Law Studies (HRLS) Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (UNAIR) berkolaborasi dengan beberapa pihak terkait memperingati Hari Perempuan Internasional 2023 atau International Women’s Day 2023 yang jatuh pada Rabu (08/03/2023). Peringatan tersebut disemarakkan melalui webinar bertajuk Menjadi Perempuan Digdaya di Dunia Maya.
Salah satu sesi yang sangat menarik ialah upaya perlindungan data pribadi perempuan Indonesia guna memperkuat kedigdayaannya. Masitoh Indriani dan Franky Butar Butar selaku perwakilan dari HRLS FH UNAIR menyampaikan betapa pentingnya menjaga keamanan data pribadi, terutama bagi perempuan. Kerap kali kejahatan online mengincar perempuan sebagai korbannya.
Masitoh menyebut banyak pengguna media sosial tidak sadar telah terlalu banyak membagikan data pribadinya di media sosialnya. Mereka tidak terlalu memikirkan risiko bahasa yang bisa saja ia dapatkan dari tindakannya.
“Misalkan, kita tahu banyak sekali predator seksual anak bermain dengan media sosial. Banyak sekali foto-foto pas anak kita lagi bayi, mohon maaf, mungkin lagi telanjang difoto kemudian dibagikan di medsos itu sangat bahaya,” jelasnya.
Pengguna media sosial, lanjutnya, tidak perlu untuk membagikan segala aktivitasnya seolah-olah mengabarkan kepada orang yang dikenalnya maupun tidak. Ia juga berpesan agar pengguna media sosial, terutama perempuan, dapat menggunakan media sosial dengan bijak demi menjaga dan melindungi data pribadinya.
“Caranya dimulai dari sisi kita, paling tidak kita aware bahwa overshare itu bahaya dan upaya paling baik dari sisi kita adalah dengan tidak melakukan overshare,” pungkasnya.
Sementara itu, Franky turut menjelaskan cara setiap individu bersikap dengan data pribadi. Ia juga menyoroti peran pemerintah untuk turut melindungi data pribadi di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang diibaratkan sebagai pedang bermata dua.
“Jika teknologi tidak digunakan dengan baik, maka imbasnya akan ke kita juga. Contoh umpamanya ada cyber bullying, pornografi, ancaman, dan pelecehan,” ungkapnya.
Ancaman-ancaman tersebut, sambung Franky, rentan dihadapi oleh perempuan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan angka kejahatan cyber adalah adanya kolaborasi yang apik pada setiap lapisan.
“Jadi ini yang saya pikir menjadi tugas kita selain kita berharap pemerintah senantiasa membantu mensosialisasikan, mengedukasi, memenuhi literasi, juga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan untuk menjaga data pribadi masyarakat, terutama perempuan karena perempuan adalah kelompok yang rentan,” tutupnya. (*)
Penulis: Muhammad badrul Anwar
Editor: Nuri Hermawan