UNAIR NEWS – Departemen Magister Kajian Sastra dan Budaya (MKSB) Universitas Airlangga (UNAIR) berkolaborasi dengan Komunitas Pelukis Adhicipta Art menyelenggarakan The Art Rendezvousbertajuk Jejak Visual Wilwatikta dalam Perspektif Strategi Ketahanan dan Kebudayaan pada Jumat (10/3/2023). Acara yang diselenggarakan di Ruang Siti Parwati Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Kampus Dharmawangsa itu mengundang S Panji, salah satu pelukis fenomenal di Jawa Timur sebagai pemateri.
Acara diawali dengan sambutan oleh Ketua Departemen MKSB Edi Dwi Riyanto SS MHum PhD. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan The Art Rendezvous menjadi ruang pertemuan antara akademisi dengan komunitas. Karenanya, mahasiswa akan mendapatkan banyak sudut pandang baru terhadap suatu karya seni.
“Acara ini merupakan suatu kolaborasi yang dimana menciptakan ruang pertemuan antar civitas akademik UNAIR dan Komunitas pelukis Adhicipta Art. Dari acara ini diharapkan mahasiswa bisa memaknai suatu lukisan bukan hanya sebagai pajangan saja, tapi juga memahami bagaimana historical sejarah yang tertuang dalam lukisan,” ujarnya.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari S Panji terkait Wilwatikta atau sejarah tentang kerajaan Majapahit. Dalam pemaparannya, ia mengungkapkan bahwa pembagian masa sejarah Majapahit terdiri dari masa keruntuhan Kerajaan Singasari (pada era Kertanegara) hingga perjuangan Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit pada abad ke-12 hingga abad ke-13.
Kemudiaan, Majapahit mengalami masa kejayaan di bawah sentuhan tangan dingin Gayatri Rajapatni dan anaknya Tribhuwana Tunggadewi hingga masa pemerintahan Hayam Wuruk. Kemudian, mengalami kesurutan atau rapuhnya pemerintahan pada abad ke-15 akibat perang Paregreg.
Di akhir acara, S Panji berharap masyarakat sadar bahwa kebudayaan memiliki peran sebagai lem perekat untuk menjaga kesatuan multikulturalisme di Indonesia. Ia juga berharap bahwa pemerintah akan tergugah untuk ambil peran memfasilitasi segala pembangunan program yang dapat menumbuhkan nasionalisme bangsa serta pengembangan destinasi wisata dan pelestarian situs kerajaan Majapahit dapat berjalan secara berkesinambungan,
“Sejarah kerajaan majapahit ini sangat riskan, dan banyak generasi yang tidak akan mengenal Kerajaan Majapahit jika dari sekarang kita tidak berupaya untuk melestarikan,” harapnya pada akhir penutup. (*)
Penulis: Aidatul Fitriyah
Editor: Binti Q. Masruroh