Universitas Airlangga Official Website

Atasi Fomo Syndrome, Mahasiswa UNAIR Raih Medali Perak Kompetisi Esai

Rosita, mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (UNAIR) yang Berhasil Menjadi Juara Kedua dalam Kompetisi Esai Smart Nursing Competition. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Rosita, mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil meraih medali perak dalam kompetisi esai Smart Nursing Competition yang diselenggarakan oleh Ilmiki (Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia) Wilayah V pada Minggu (2/3/2023). Kompetisi itu diikuti oleh mahasiswa Wilayah V, yakni Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Fear of Missing Out (FoMO) Syndrome sendiri merupakan sebuah perasaan cemas dan takut yang muncul pada seseorang karena merasa tertinggal atas sesuatu yang baru, seperti Informasi, trend, dan aktivitas tertentu. Dihubungi pada Minggu (2/3/2023), Rosita menyampaikan bahwa Fomo Syndrome dapat berjalan ke arah positif dan berpotensi pula ke arah negatif.

“Jadi Fomo itu kalau dari aku mengartikan ada dua sisi antara negatif dan positifnya itu masih ada. Tergantung cara kita mengatur gimana ‘kan mau ke tren yang positif atau ke tren yang negatif,” ungkapnya. 

Menimbang permasalahan di atas, Rosita menggagas sebuah inovasi bernama FOMOMAP, yakni sebuah rancang bangun aplikasi untuk mengatasi Fomo Syndrome. Aplikasi tersebut mengusung konsep diri sebagai wujud totalitas pikiran dan perasaan individu yang mengacu pada dirinya sendiri sebagai objek. 

“Ini yang kemudian melibatkan pemikiran seseorang tentang aku ini siapa, aku ini apa, dan aku mau jadi apa, langkah yang kuambil apa,” ujarnya. “Kemudian karena ini ibaratnya penanaman karakter ya, jadi ngga bisa seratus persen melibatkan perawat, melibatkan orang lain, karena yang tau diri kita ya kita sendiri. Makanya aplikasi ini disistem untuk pembiasaan karakter,” lanjutnya.

Inovasi berbentuk rancang bangun aplikasi yang dipilih Rosita juga bukan asal pilih. Ia beranggapan bahwa Fomo Syndrome memiliki konsep yang sama dengan virus. Virus dapat diatasi dengan virus juga untuk membentuk antibodi.

“Sesuatu yang sudah terinfeksi kaya virus bakteri obatnya ya diserang dengan virus dan bakteri juga, cuma dengan konsentrasinya yang lebih lemah. Jadi untuk menanamkan karakter baru ke orang yang Fomo caranya ya dengan membuat tren solusi (postf, red)  itu dan menarik seseorang yang fomo untuk masuk ke dalam tren itu,” jelasnya. 

Lewat inovasinya itu, Rosita berhasil keluar sebagai juara kedua dalam kompetisi. Sebagai penutup, ia membagikan beberapa tips agar dapat turut serta dalam kompetisi serupa. Langkah awalnya adalah peka terhadap masalah yang ada di sekitar kita sebagai langkah awalnya.

“Pengenalan masalah disekitar, terus merumuskan solusi yang tepatnya gimana. Sebenarnya ini bukan kompetisi pertama, tapi ini pertama kali aku ikut ajang kompetisi yang mana aku memadukan teori untuk mencari solusi dan aku memakai literatur internasional. Nah entah ini jadi bahan penilaian atau tidak, tapi sumber itu menurutku memang penting. Sama penting banget jangan ngerjain mepet deadline kalau memang senggang langsung dikerjain aja,” pungkasnya.

Penulis : Muhammad Badrul Anwar

Editor : Nuri Hermawan