UNAIR NEWS – Bencana akibat fenomena hidrometeorologi kerap melanda Indonesia. Banyak daerah di negara ini yang hampir setiap tahun mengalami banjir, longsor, atau kekeringan.
“Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin, dan kelembapan,” tutur Edy Imam Sujono, anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Timur, di gelaran Mini Pelatihan 1 yang diselenggarakan oleh Klub Mawacana Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, Minggu (9/4/2023). Edy menyebut bahwa bencana hidrometeorologi dapat disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim secara ekstrem.
Harus Melakukan Apa?
Perubahan yang ekstrem ini, lanjut Edy, menyebabkan munculnya bencana-bencana seperti kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, dan sebagainya. Mengingat kerugian yang terjadi dari berbagai bencana ini, dalam kesempatan ini, Edy membagikan beberapa hal yang harus kita lakukan utamanya dalam menghadapi banjir dan tanah longsor, dua bencana yang paling sering terjadi di Indonesia.
“Jika ternyata kita menghadapi bencana banjir yang sudah memiliki dampak kerusakan yang hebat di wilayah kita, yang pertama harus melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan. Secara umum, kita bisa kenali lingkungan tempat tinggal misal nggak ada selokan, posisi lebih bawah dari permukaan laut,” tutur Edy.
Ia juga menegaskan bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir agar mengetahui tempat-tempat yang aman serta dapat digunakan untuk mengungsi pada saat banjir terjadi. “Jangan lupa, untuk banjir, simpan surat-surat penting di tempat aman dan tidak terjangkau oleh air. Syukur-syukur ada di tas siaga bencana,” terang Edy.
Pada saat terjadi banjir, Edy menghimbau agar memadamkan aliran listrik dan gas saat air mulai menggenangi rumah. Jika ada himbauan untuk mengungsi pun, kita harus segera mengungsi dan membawa barang-barang yang sekiranya perlu.
Tidak jauh berbeda dengan banjir, pada saat terjadi longsor, Edy juga menekankan agar kita segera menuju ke tempat yang aman dari longsoran, berlindung sampai situasi aman, serta menghubungi tim penyelamat.
“Biasanya setiap kabupaten kota itu sudah punya nomor-nomor tertentu untuk menghubungi layanan darurat. Silakan panjenengan catat di handphone masing-masing,” terang Edy. (*)
Penulis: Agnes Ikandani
Editor: Binti Q. Masruroh