UNAIR NEWS – Ramadan menjadi momen yang sangat tepat untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang bernilai positif di lingkungan kampus. Mahasiswa Masjid Ulul ‘Azmi bersama Ramadan Mubarak Airlangga UKMKI UNAIR menyelenggarakan kegiatan Ngabuburit x Gebyar Ramadan bertemakan Yo Ngaji, Yo Nongki pada Minggu (9/4/2023). Kegiatan di Aula Utama Masjid Ulul ‘Azmi Kampus Merr-C UNAIR itu menghadirkan narasumber M Atiatul Muqtadir SKg CNNLP atau akrab disapa dengan Mas Fathur. Fathur merupakan aktivis dakwah kampus yang pernah menjabat sebagai Presiden BEM KM UGM pada tahun 2019.
Konsisten Ibadah
Bulan Ramadan sangat tepat bagi umat muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan cara beribadah kepada Allah SWT. Bulan ini dikaitkan dengan pahala yang berlipat ganda. Kita perlu mengingat bahwa melakukan ibadah tidak hanya di bulan suci ini saja.
“Ulama pernah mengatakan bahwa kita jangan hanya menjadi hambanya Ramadan yang beribadah pada bulan Ramadan saja. Meskipun pahala di bulan Ramadan lebih tinggi, sebisa mungkin ibadah kita sesudah Ramadan ini lebih baik dari pada sebelumnya,” ujar aktivis dakwah kampus itu.
Untuk menjaga konsistensi ibadah, Fathur menuturkan bahwa sebagai hamba yang bertaqwa perlu mengetahui alasan atau ruh di balik setiap syariat. Pengetahuan tentang hal itulah yang nantinya akan menjaga ibadah setelah bulan Ramadan berakhir.
Taqwa bukan hanya tentang menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Taqwa akan mempengaruhi setiap pilihan yang akan kita ambil dalam hidup. Jika sudah mencapai level taqwa, maka kita tidak akan berhenti beribadah hanya di bulan Ramadan saja.
“Untuk membuat langgeng ibadah kita, maka ibadah tidak hanya sebagai rutinitas atau program tetapi ruhnya. Jalani ibadah bukan hanya dari kuantitasnya tapi juga kualitasnya. Indikator keberhasilan Ramadan kita adalah di 11 bulan berikutnya,” tutur Fathur.
Tolak Ukur Generasi Muslim
Fathur mengatakan, indikator agar seseorang dikatakan maju ialah ketika ada sebuah karya yang mampu menyelesaikan persoalan di tengah masyarakat. Fathur juga mengatakan bahwa kunci agar kita bisa menjadi sebagai generasi maju maka harus memiliki value dan impact. Nilai tersebut bukan soal siapa, tetapi apa yang kita miliki. Jika sudah memiliki value dan impact di tengah masyarakat, maka seseorang tidak akan dipandang remeh oleh orang lain.
“Sebelum kita membuat value dan impact, maka kita harus tahu landasannya apa. Itu bukan untuk diterima orang lain, tapi agar kita bisa berkata pada Allah jika kita sudah melakukan tugas sebagai hamba-Nya,” tambahnya.
Mempertahankan Nilai Keislaman
Dakwah bukan hanya menjadi tugas seorang penceramah seperti kyai, ustaz, dan sebagainya, kata Fathur. Dakwah menjadi tugas bagi setiap umat muslim karena setiap umat muslim lahir untuk berdakwah sesuai dengan bidang yang ia miliki.
Fathur menjabarkan bahwa agar kita dapat berdakwah di lingkungan heterogen perlu 3B yaitu benar, baik, dan bagus. Dakwah harus benar artinya kita harus berdakwah sesuai dengan ketentuan Allah dan sunnah Rasul. Baik artinya dakwah yang dilakukan sesuai dengan kondisi pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah berikhtiar untuk bagus. Dakwah yang bagus akan memberikan pengaruh kepada pendengarnya dan dapat diterima dengan baik. (*)
Penulis : Nova Dwi Pamungkas
Editor : Binti Q Masruroh