UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR), tepatnya dari program studi Teknik industri, mengajukan model pemrograman untuk jadwal perawat. Tepatnya dalam proses penjadwalan perawat.
Setiap rumah sakit wajib memiliki emergency department atau Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Indonesia. Emergency department perlu untuk melakukan perawatan medis atau bedah secara cepat kepada pasien yang membutuhkan.
Emergency department memerlukan penjadwalan perawat agar dapat memberikan pelayanan dan perawatan secara cepat dan tepat. Namun, banyak faktor mengapa penjadwalan perawat di emergency department menjadi terasa sulit.
Faktor-faktor tersebut, yaitu jumlah pasien yang tidak terkontrol, pasien kritis, adanya ketidakhadiran dan permintaan libur pribadi, serta kualifikasi dan spesialisasi perawat. Kendati begitu, faktor-faktor itu dapat berkurang dengan metode algoritma Tibrewala, Philippe, dan Brown (TPB) yang menggunakan data kuantitatif dari rumah sakit umum di Jakarta.
Itulah hasil penelitian mahasiswa jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM), Univeristas Airlangga (UNAIR) dalam artikel ilmiah mereka. Kelompok yang beranggota Rike Surya Shafarani (162012533016); Dzurriyatina Qurrota A’yun (162012533010); Muhammad Hadist Anshary (162012533073); Alamsyah Kalam Rahmatullah (162012533077); dan Madania Afifah (162012533008) itu mengatakan metode algoritma TPB sudah terlaksana di rumah sakit umum di Jakarta saat ini.
Masih Tidak Terdistribusi dengan Baik
Kepada UNAIR NEWS pada Selasa (25/4/2023), Rike selaku perwakilan kelompok menjelaskan bahwa metode TPB dapat mengubah format tabel penjadwalan tenaga kesehatan untuk tiga shift. Yakni, dengan menentukan perkiraan demand tenaga kesehatan pada suatu waktu.
“Pola shift yang berlaku, yaitu lima hari kerja dan dua hari libur dengan total delapan perawat emergency department per shift. Namun, jadwal shift-nya masih tidak terdistribusi dengan baik untuk rumah sakit umum di Jakarta,” terang Rike.
Ajukan Gagasan Model Pemograman Multiobjektif
Dalam mengatasi permasalahan itu, Rike dan kelompoknya mengajukan gagasan untuk menggunakan model pemograman multiobjektif. Tepatnya pemrograman untuk jadwal perawat. Model tersebut telah terpakai pada emergency department di rumah sakit umum di China yang terbagi menjadi tiga kelompok dengan dua kategori. Yaitu, dokter kelas satu dan dokter kelas dua.
“Hasilnya, model pemograman multiobjektif menghasilkan penjadwalan yang lebih relevan serta memenuhi berbagai aturan rumah sakit dan meningkatkan efisiensi rumah sakit di China,” tutur Rike.
Model pemograman multiobjektif, ujarnya, menggunakan bantuan CPLEX solver. Sehingga dapat memuaskan preferensi pribadi dokter.
“Kelayakan dan keefektifan model ini telah terverifikasi oleh Rumah Sakit Sichuan University di China Barat. Menurut kami, model ini dapat diterapkan pada rumah sakit di seluruh dunia,” tukas Rike. (*)
Penulis: Dewi Yugi Arti/Rike, Dzurriyatina, M. Hadist, Alamsyah, Madania
Editor: Feri Fenoria
Baca juga:
Kenalkan Sains Sejak Dini, FTMM Adakan Pengmas Ayo Bereksperimen Series ke-3
Dosen FTMM Aplikasikan AirFeel v.3 Untuk Masyarakat Gili Iyang