Universitas Airlangga Official Website

Dampak Pencemaran Mikroba di Udara bagi Kesehatan Tubuh

(Dari kanan) moderator dr Merry Puspita MKedKlin SpMK menyapa narasumber dr Alicia Margaretta Widya MKedKlin SpMK (Foto: SS Youtube)

UNAIR NEWS – Udara bersih tentunya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Namun, seiring perkembangan waktu pencemaran udara semakin meningkat yang menyebabkan terjadi penurunan kualitas udara hingga munculnya berbagai penyakit.

Dosen Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) dr Alicia Margaretta Widya MKedKlin SpMK menanggapi realitas itu. Menurutnya, pencemaran udara berarti masuknya komponen lain ke udara yang berasal dari alam atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber pencemaran berupa fisik, kimia, dan biologi.

“Salah satu penyebab pencemaran udara adalah mikroorganisme atau mikroba bisa dari bakteri, virus, dan jamur. Mikroba ini bukan hanya berasal di air atau tanah, tapi juga terdapat di partikel-partikel udara. Jadi meskipun tidak kasat mata, ternyata udara mengandung mikroba yang berpotensi menjadi agen infeksi,” jelas dr Alicia dalam program Dokter Edukasi, Jumat (5/5/2023).

Ia menyebut umumnya mikroorganisme memiliki mekanisme pertahanan yang unik sehingga mereka mampu hidup di udara selama empat sampai enam jam. Selain itu, lanjutnya, ada faktor densitas atau kepadatan mikroba pada tempat tertentu, suhu, kelembaban, serta sinar ultraviolet yang berpengaruh terhadap kemampuan mikroba untuk bertahan hidup di udara dalam ruang tertutup (indoor) maupun ruang terbuka (outdoor).

Penyakit Akibat Pencemaran Mikroba

Dari keterangan dr Alicia,  penyakit yang paling sering disebabkan oleh mikroorganisme di udara adalah infeksi saluran pernafasan. Salah satunya, Covid-19 atau virus SARS-CoV-2 yang menyebar secara droplet maupun airborne sehingga masyarakat pada saat itu harus menggunakan masker agar terhindar dari kontaminasi virus.

Penyakit lain menurut dr Alicia yaitu tuberkulosis yang tergolong dalam penyakit endemik di Indonesia. Selain tingkat mortalitas yang cukup tinggi dan lamanya pengobatan, rupanya penyakit tersebut juga berkaitan dengan kualitas udara.

“Semakin padat hunian maka ventilasi kemudian sirkulasi udaranya kurang baik. Artinya, bakteri tuberkulosis akan semakin lama dia survive di udara. Hal itu potensial sekali untuk menyebabkan orang lain yang suseptibel atau memiliki sistem daya tahan tubuh lemah menjadi tertular dan akhirnya sakit,” terang ahli mikrobiologi klinik itu.

Ia juga mengungkap kontaminasi mikroba di udara bisa menyebabkan munculnya penyakit infeksi emerging (PIE). “Penyakit infeksi itu terpengaruh fenomena-fenomena alam akibat pindahnya suatu mikroba dari lingkungan geografis yang tadinya panas ke area dingin atau yang dingin ke area panas,” tuturnya.

Ilustrasi Pencemaran Mikroba Udara oleh Rakyat Biologi

Tips Mengurangi Pencemaran Mikroba

Menurut dr Alicia, beberapa aktivitas manusia yang dapat mencegah kontaminasi mikroorganisme di udara. Antara lain menjaga sirkulasi udara dalam ruangan tertutup, pemasangan ventilasi, serta rutin membersihkan area permukaan rumah, termasuk air conditioner (AC) yang rentan terhadap bakteri legionella. Dengan begitu, kualitas udara yang bersih akan berdampak baik bagi kesehatan.

“Hal yang penting adalah bagaimana kita melakukan suatu protokol kesehatan yang baik. Bagaimana kita menjaga daya tahan tubuh kita agar kita tidak rentan terhadap mikroba-mikroba yang memang masuk setiap saat dan setiap hari ada di tubuh kita,” pungkas dr Alicia.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan

Baca Juga: Seminar Nasional FIB Ulas Sastra Ekologi dan Potensi Karir Non-Sastra