UNAIR NEWS – Umumnya tulisan tangan pada resep dokter sulit atau bahkan tidak dapat dibaca oleh pasien maupun apoteker. Hal tersebut menimbulkan berbagai potensi permasalahan terkait pemberian obat seperti pemberian jenis obat yang salah, dosis yang tidak tepat, dan sebagainya. Ketidakterbacaan resep dokter ini dapat berakibat fatal, yang bahkan dapat mengancam nyawa pasien.
Oleh sebab itu mahasiswa Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR menulis artikel ilmiah dengan judul Implementasi E-Prescription Sebagai Upaya Meminimalisir Kesalahan Pengobatan. Kelompok tersebut beranggotakan Novera Indriani (162012533013), Clarissa Johnson (162012533021), Nizma Aulia Putri (162012533081), Muhammad Rizky Ardiansyah (16201253301), dan Prasasti Ikrar Luhur (162012533041).
Mengacu dalam jurnal “Illegible handwriting and other prescription errors on prescriptions at National District Hospital, Bloemfontein”. masalah terkait tulisan tangan pada resep dokter yang sulit terbaca setiap tahunnya telah membunuh 7000 orang pasien. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa hanya 82% petugas kesehatan yang mampu membaca tulisan tangan pada resep dokter tanpa kesalahan. Sehingga terdapat celah kesalahan pembacaan resep oleh petugas kesehatan yang dapat menjadi problematika.
“Berdasarkan Jurnal yang ditulis Brits et al terbitan tahun 2017 didapatkan fakta lainnya yaitu ketidakterbacaan resep sebagian besar disebabkan oleh penggunaan singkatan nama obat yang membingungkan,” ungkap Rizky, salah satu anggota kelompok tersebut.
Mahasiswa FTMM angkatan 2020 menuturkan bahwa kesalahan pengobatan merupakan peristiwa yang dapat dicegah, upaya tersebut mampu menyelamatkan hingga jutaan orang. Upaya pencegahan kesalahan pengobatan karena ketidakterbacaan resep ialah dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi pasien. Salah satunya inovasi penggunaan sistem elektronik dalam peresepan obat dinilai mampu menjadi solusi permasalahan peresepan obat dengan tulisan tangan.
“Sistem resep elektronik ini telah dipromosikan dan diadopsi oleh beberapa negara di Eropa sebagai salah satu alat potensial guna meningkatkan keamanan pengobatan dengan meminimalisir masalah akibat resep konvensional selama beberapa dekade terakhir,” jelasnya.
Peresepan Elektronik Sebagai Solusi
Resep elektronik atau e-prescription adalah resep yang tidak lagi memakai kertas atau yang biasa dikenal sebagai resep manual. Resep eletronik ini akan di input oleh dokter menggunakan software, pasien akan mendapatkan resep berupa QR code yang nantinya bisa digunakan untuk mengambil obat di apotek. Resep obat akan terlihat pada layar PC atau gawai apoteker dan dilengkapi dengan catatan tambahan dari dokter. Jika pasien perlu untuk mengklaim suatu obat lebih dari satu kali, maka QR code yang dimiliki akan berubah setiap waktu sesuai dengan batas waktu penukarannya.
Dikutip dari Jurnal terbitan Aslan dan Özen pada tahun 2014, penggunaan resep elektronik memiliki beberapa manfaat. Pertama, Meminimalisir potensi risiko salah tafsir obat yang disebabkan ketidakterbacaan resep. Resep dalam QR code memiliki jenis tulisan khusus (font) yang rapi dan seragam sehingga mudah dibaca. Kedua, meningkatkan keamanan pasien. Resep elektronik membantu mengurangi risiko kesalahan pemberian obat dengan melacak riwayat pengobatan untuk menghindari interaksi obat yang tidak sesuai.
“Yang ketiga menjaga privasi riwayat pengobatan pasien. Catatan kesehatan pribadi dapat disalahgunakan oleh pihak lain untuk penggunaan komersial dan membutuhkan privasi hukum,” tuturnya.
Belum Banyak Diadopsi Indonesia
Sayangnya inovasi resep elektronik atau e-prescription belum banyak ditemui di Indonesia. Untuk mengadopsi inovasi tersebut butuh kerjasama antara pemerintah dan stakeholder bidang terkait. Diperlukan pengembangan lebih lanjut terkait resep elektronik ini, misalnya dengan mengintegrasikan dengan aplikasi layanan kesehatan yang sudah ada di Indonesia seperti Mobile JKN dan Satu Sehat.
“Pengadopsian dan pengembangan inovasi resep elektronik akan sangat membantu Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang sudah ada,” tutupnya.
Penulis: Azhar Burhanuddin/ Novera, Clarissa, Nizma, Rizky, Prasasti
Editor: Feri Fenoria