UNAIR NEWS – Bibir sumbing menjadi salah satu masalah sering terjadi di masyarakat. Kondisi ini kerap membuat keluarga tidak menerima keadaan yang membuat sosok tak berdosa itu terlantar.
Bibir Sumbing
Bibir sumbing merupakan kelainan pada pertumbuhan wajah sejak dalam kandungan. Tapi kejadian itu ternyata bisa dicegah sejak dini. Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan bahwa bibir sumbing dapat menyebabkan berbagai gangguan lain. “Penderita bibir sumbing dapat mengganggu kemampuan bicara, nutrisi, pendengaran, hingga perkembangan psikologis,” kata Prof Dr Agung Sosiawan drg MKes SH MH.
Genetik dan lingkungan menjadi faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bibir sumbing. Penelitian Prof Agung dan tim pada 2020 menunjukkan bahwa orang tua dengan variasi genetik pada gen MTHFR yang berperan pada metabolisme folat, dapat melahirkan keturunan dengan bibir sumbing.
Lebih lanjut, guru besar yang dikukuhkan pada Rabu (10/5/2023) tersebut menerangkan bahwa saat ini pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi komitmen berbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Salah satu yang menjadi tujuannya adalah mencapai kehidupan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya pendekatan multidisiplin sangat penting untuk mengatasi masalah bibir sumbing.
Prof Agung turut menegaskan bahwa program pencegahan dan deteksi dini dapat membantu pemerintah untuk mencegah terjadinya kejadian bibir sumbing. Program pencegahan berupa penelusuran riwayat keluarga berisiko. Sementara pencarian biomarker gen spesifik yang berperan signifikan menjadi metode deteksi dini.
“Harapannya, peran pemeriksaan genetik dan mempelajari pola penurunan riwayat keluarga menjadi upaya deteksi dini bibir sumbing. Sehingga dapat menghindari faktor yang memperberat terjadinya kelainan tersebut,” tutupnya.
Cerita Kolega dan Sahabat
Sahabat Prof Agung saat bersekolah di SMA Negeri 5 Surabaya ikut hadir pada pengukuhannya sebagai guru besar. Ia menceritakan bahwa dulu saat mengenyam pendidikan masa putih abu-abu kerap menghabiskan waktu berdua. “Saya sering berdua kemana-mana dengan Agung naik sepeda motor. Saya sering menjemputnya dan belajar sama-sama sampai tengah malam. Luar biasa perjuangannya,” ungkapnya.
Selain itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR yakni Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi turut mengungkapkan pandangannya tentang Prof Agung. “Pak Agung menurut saya orang yang ramah, sekali ketemu langsung cocok. Kalau kami ketemu, duduk bareng sering diskusi lalu merencanakan projek tulisan yang akan kami tulis bersama,” ceritanya.
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Khefti Al Mawalia