UNAIR NEWS – Program Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar serangkaian kegiatan bertajuk Literasi Iklim untuk Aksi Iklim Generasi Muda dan Masyarakat Komunitas pada Kamis (1/6/2023). Acara itu merupakan hasil kolaborasi UNAIR bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) guna menguatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Salah satu kegiatan kolaborasi UNAIR BMKG itu adalah sosialisasi yang bertempat di Desa Larangan, Kelurahan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Masyarakat umum juga dapat mengikuti serangkaian acara karena terdapat penyiaran secara daring melalui Zoom dan Youtube.
Dr Santi Martini MD MKes, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR menjadi pembicara dalam seminar tersebut. Ia menjelaskan mengenai dampak buruk rokok pada kesehatan dan lingkungan sebagai sebuah siklus, yakni terjadi dari proses penanaman tembakau hingga pembuangan sampah rokok.
“Kita taunya kalau rokok itu sudah dihisap, bagaimana dampaknya terhadap kesehatan orang atau orang di sekitarnya. Kita coba untuk melihat lebih hulu lagi bagaimana tembakau sebelum menjadi rokok, sampai pascakegiatan cigarette,” ungkapnya.
Bahaya Rokok Sebelum Produksi
Santi memaparkan bahwa dampak buruk rokok tidak hanya terjadi ketika rokok itu digunakan. Jauh sebelum itu, penanaman tembakau sebagai bahan baku rokok bahkan telah mencemarkan kesehatan lingkungan dan para petaninya.
“Mulai dari penanaman tembakaunya, ternyata juga akan berpengaruh terhadap tanah dan air dari penggunaan pestisida oleh petani. Seperti kita tahu ada penyakit bernama Green Tobacco Sickness banyak terjadi pada petani tembakau dan pengolah tembakau,” paparnya.
Bahaya Rokok pada Proses Produksi
Tidak berhenti di sana, Santi menuturkan bahwa dampak buruk tembakau terus terjadi hingga proses produksi. Setiap tahunnya, produksi rokok membutuhkan miliaran ton air dan penebangan jutaan pohon. Padahal, kedua unsur tersebut merupakan elemen penting bagi kehidupan manusia.
“Ada penelitian yang membuktikan bahwa dari pengolahan industri, setiap tahun itu membutuhkan 600 juta pohon sehingga menghasilkan kertas untuk produksi cigarettes. Produksi cigarettes juga membutuhkan 22 miliar ton air untuk memproduksi cigarettes itu,” ujarnya.
Bahaya Rokok ketika Habis Terpakai
Dampak buruk dari rokok terhadap lingkungan berlanjut bahkan sampai rokok tersebut telah terkonsumsi. Pembuangan puntung rokok yang sembarangan bukan hanya akan mencemari lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia.
“Industri tembakau setahunnya 6 triliun cigarette sticks yang mana kita tahu dari cigarettes sticks itu ada filternya. Ini mempunyai waktu urai yang sangat lama, bahkan sampai sepuluh tahun.”
“Kita tahu bagaimana itu mencemari tidak hanya tanah, tetapi juga air. Di situ ada makhluk hidup yang kita konsumsi. Jadi dampak rokok ini secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan kita,” jelasnya.
Peringatan Hari Bebas Tembakau
Melihat akumulasi dampaknya, Santi menuturkan bahwa kini banyak pihak yang mulai sadar untuk menjaga lingkungan dari siklus rokok. Untuk itu juga, sejak tahun 2022 World Health Organization (WHO) telah meresmikan tanggal 31 Mei sebagai Hari tanpa Tembakau Sedunia. (*)
Penulis : Muhammad Badrul Anwar
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: Kuota Terbaru Penerima KIP Kuliah di UNAIR