UNAIR NEWS – Depresi dan gangguan mental merupakan dua hal dominan yang menjadi penyebab timbulnya penyebab seseorang melakukan bunuh diri. Dalam beberapa kasus bunuh diri biasanya akan timbul perasaan yang intens layaknya marah, kecewa, dan panik walaupun yang bersangkutan tidak pernah mendapatkan diagnosis gangguan mental apapun. Sehingga hal ini yang menyebabkan penderita ingin menyudahi dirinya saja.
Adapun Pakar Atika Dian Ariana M Sc M Psi Psikolog Universitas Airlangga (UNAIR) menyebut keberagaman penyebab bunuh diri dapat dikategorikan secara biopsikososial. Secara biologis, orang tersebut dapat memiliki keluhan fisik yang membuat tidak berdaya seperti masalah jantung dan hormonal. Sedangkan secara psikologis mungkin yang bersangkutan memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti. Selain itu secara sosial remaja akan masuk ke dalam relasi sebaya yang merasa hangat dan inti. Tentu bentuk kegagalan dari beberapa aspek tersebut dapat membuat seseorang merasa depresi.
“Beberapa hal seperti putus dengan pacar, atau merasa ditolak oleh kelompok bisa jadi membuat dia merasa frustasi,” sebutnya.
Bunuh Diri Karena Proses Sosial di Tingkat Mahasiswa
Lewat pendekatan tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor terdekat bunuh diri adalah depresi dari proses sosial. Pada konteks mahasiswa, pertemanan merupakan faktor sosial yang penting. Pertemanan dianggap membantu dalam proses keberlangsungan akademik dan pendewasaan diri. Rasa kegagalan dalam relasi tersebut berisiko memicu munculnya perasaan tidak berdaya dan kesepian, yang juga meningkatkan resiko depresi.
“Teman bukan hanya diperlukan untuk keperluan akademis melainkan juga untuk memenuhi tugas perkembangan mereka di tahapan usia remaja ke dewasa awal yang seharusnya membangun relasi sosial dan interpersonal yang intim,” jelasnya.
Pikiran ataupun niat yang disertai upaya untuk bunuh diri memerlukan penanganan yang segera. Pastikan bahwa lingkungan disekitar orang dengan pikiran bunuh diri aman dari hal yang bisa meningkatkan resiko. Misalnya adalah berbagai benda tajam dan ketinggian. Selain itu pastikan yang bersangkutan bersama orang lain karena peran dukungan sosial sangat penting, bisa dari keluarga ataupun teman terdekat. Sosok disekitarnya tersebut juga harus paham langkah pencegahan dan penanganan dengan mengetahui hotline tanggap darurat. Libatkan pula professional jika diperlukan dalam penanganan dengan kasus berat.
“Di beberapa kampus ada help-center dan pusat layanan psikologis atau kesehatan yang bisa dikunjungi. Atau bisa juga mencari bantuan profesional di luar kampus, seperti psikolog atau psikiater untuk berkonsultasi,” katanya.

Hidup sehat adalah tanggung jawab kita. Karena itu, Atika berpesan ketika mempunyai pikiran ataupun niat untuk mengakhiri hidup. Carilah bantuan sesegera mungkin dengan curhat ke orang yang dipercaya atau melakukan konseling kepada profesional. Secara pribadi, beri afirmasi ke diri sendiri bahwa hidup adalah berkah tak ternilai yang layak diperjuangkan.
“Mulai terapkan gaya hidup sehat, perhatikan diri sendiri, dan fokus pada hal-hal bermanfaat yang membuat hidup lebih bermakna,” pesannya.
Penulis: Monika Astria Br Gultom
Editor: Feri Fenoria