UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) tengah memperingati 100 tahun berdirinya Aula FK UNAIR. Bangunan yang berada di Kampus Dharmahusada-A itu menjadi saksi bisu lahirnya para dokter Indonesia. Prof Dr Hendy Hendarto dr SpOG Subsp FER dan Suwaspodo Henry Wibowo dr MARS SpAnd Subps FER, alumni FK UNAIR yang berkesempatan membagikan fakta seputar aula bersejarah tersebut.
Sempat Beralih Lokasi
Berdasarkan catatan sejarah, Prof Hendy mengatakan bahwa Gedung Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) atau Aula FK UNAIR pertama kali dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1913. Namun, saat itu, NIAS masih bertempat di Jalan Kedungdoro 38 Surabaya. Lebih lanjut, NIAS merupakan sekolah dokter Jawa kedua setelah School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).
“NIAS berdiri zaman pendudukan Belanda, saat itu NIAS belum mempunyai gedung pendidikan. Dalam perjalanannya, NIAS dan pemerintah Hindia Belanda membangun gedung itu 10 tahun kemudian dan pindah (dari Jalan Kedungdoro) ke Jalan Moestopo ini menjadi Aula FK UNAIR,” jelasnya dalam online talkshow rangkaian peringatan 100 Tahun Aula FK UNAIR, Selasa (4/7/2023).
Cikal Bakal UNAIR
Mantan Ketua Satu Abad Pendidikan Dokter di Surabaya tersebut mengungkap, Fakultas Kedokteran juga menandai awal terbentuknya UNAIR sejak diresmikan Presiden Soekarno pada tahun 1954. Peristiwa penting itu tercatat dalam Museum Pendidikan Dokter Surabaya yang berada di Jalan Moestopo 55.
Terdaftar Bangunan Cagar Budaya
Menurut penuturan Prof Hendy, Aula FK UNAIR adalah bangunan cagar budaya. Hal itu berdasarkan SK Menteri Nomor PM23/PW.007/MKP/2007 dan SK Walikota Nomor 188.45/251/402.1.04/1996. Dengan penetapan tersebut, maka tak heran gedung itu menjadi salah satu ikon historis Kota Surabaya.
“Cagar budaya ini perlu dipertahankan karena mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi dan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Bahkan, seharusnya ada perawatan agar melestarikan keaslian bangunannya,” tutur guru besar bidang ilmu obstetri dan ginekologi FK UNAIR itu.
Berdiri Kokoh Sejak Awal
Berbicara mengenai bangunan, dr Henry menyebut aula itu tidak mengalami perubahan selama 100 tahun. Tentunya ini untuk menjaga kesakralan tempat yang menjadi penyelenggaraan acara-acara penting seperti yudisium, sumpah dokter, dan lain-lain.
“Saya masih ingat setting foto para dekan dan tempat paduan suara tidak berubah. Paling cuma sound sistem-nya saja sekarang lebih canggih, kalau dulu masih menggunakan satu kabel,” kenang ketua harian Ikatan Alumni FK UNAIR itu.
Saksi dari Lahirnya Prestasi
Menurutnya, gedung ini telah menjadi tempat bersejarah bagi lahirnya dokter yang berkontribusi untuk masyarakat. Peringatan satu abad ini, lanjutnya, adalah simbol eksistensi sekaligus perjuangan pahlawan kesehatan bangsa.
“Banyak produk ilmiah dan teknologi kedokteran lahir dari ruangan ini. Tentunya membuat kita selalu ingin meningkatkan semangat dalam menjalani profesi kedokteran,” ujarnya.
Pada akhir, Prof Hendy dan dr Henry menyarankan perlu dibentuk tim yang dapat merawat bangunan heritage tersebut. Selain itu, sebagai mahasiswa sepatutnya turut melestarikan Aula FK UNAIR dengan mempelajari sejarah dan makna di balik keberadaannya.
Penulis: Sela Septi Dwi Arista
Editor: Khefti Al Mawalia