Universitas Airlangga Official Website

Kolaborasi BEM FKH dan APHSA UNAIR Adakan Webinar Bahaya Antraks

Laura Navika (kiri) dan moderator (kanan) dalam Webinar “Bahaya Antraks di Sekitar Kita” pada Sabtu (22/7/2023). (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (BEM FKH) Universitas Airlangga menggelar webinar pada Sabtu (22/7/2023). Acara daring tersebut merupakan kolaborasi antara BEM FKH dan Airlangga Public Health Student Association (APHSA) UNAIR. Webinar yang mengambil tema “Bahaya Antraks di Sekitar Kita” bertujuan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat umum tentang bahaya antraks. 

Narasumber pertama, Laura Navika SSi MSi PhD, menjelaskan tentang epidemiologi antraks. Menurutnya, wilayah endemik antraks tersebar cukup merata dari wilayah Indonesia bagian barat hingga timur. Etiologi antraks, lanjutnya, berasal dari bakteri bacillus anthracis. Bakteri ini akan berkembang menjadi vegetatif dan spora. Sedangkan untuk host dari penyakit antraks adalah hewan dan manusia. 

“Sumber penularan antraks tidak hanya berasal dari hewan ternak yang terinfeksi. Namun, lingkungan juga berperan dalam penularan spora bakteri ini,” jelasnya.

Antraks pada Hewan dan Manusia

“Antraks adalah penyakit infeksius yang tidak menular dan bersifat non contagious,” terang narasumber kedua, Dr drh Nusdianto Triakso MP. 

Menurut Nusdianto, antraks adalah penyakit zoonosis yakni penyakit dari hewan yang bisa menular ke manusia. Lebih lanjut, mayoritas hewan penderita antraks adalah herbivora, terutama hewan yang merumput. Di sisi lain, gejala klinis yang muncul pada hewan terinfeksi antraks meliputi subakut, akut, dan perakut. 

“Di daerah endemik, hewan yang mati tanpa adanya gejala harus dicurigai terhadap antraks. Baik petugas maupun warga tidak boleh melakukan bedah bangkai hewan-hewan ini. Hal ini karena, semua bakteri yang ada pada tubuh hewan akan menjadi spora yang mampu menular ke manusia,” jelasnya. 

Pembicara ketiga, dr Ratna Kusumawati MKedKlin SpMK, menjelaskan tentang antraks pada manusia. Manusia bisa tertular apabila kontak langsung dengan hewan positif antraks, mengonsumsi daging terkontaminasi antraks, menghirup spora antraks, dan injeksi antraks. Selanjutnya, tipe antraks pada manusia meliputi antraks kulit, gastrointestinal, inhalasi antraks, dan injeksi antraks. 

“Belum ada bukti bahwa antraks menular dari manusia ke manusia,” pungkasnya. 

Penulis: Widiasih Fatmarani

Editor: Nuri Hermawan