Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa BBK UNAIR Kenalkan Pupuk Hayati ke Warga Desa Somosari

Praktek pembuatan pupuk hayati oleh Drs Agus Supriyanto MKes kepada warga Desa Somosari, Kalitengah, Lamongan (Foto: Dokumentasi Panitia)
Praktek pembuatan pupuk hayati oleh Drs Agus Supriyanto MKes kepada warga Desa Somosari, Kalitengah, Lamongan (Foto: Dokumentasi Panitia)

UNAIR NEWS – Kelompok mahasiswa Kerja Kuliah Nyata Belajar Bersama Komunitas (KKN BBK) Universitas Airlangga (UNAIR) Desa Somosari, Kecamatan Kalitengah, Lamongan menyelenggarakan penyuluhan pupuk hayati pada Selasa (1/8/2023). Kali ini, Drs Agus Supriyanto MKes bersama dosen ahli mikrobiologi industri dari Fakultas Sains Teknologi (FST) UNAIR sekaligus supplier puput. Tercatat sebanyak 50 warga desa yang berprofesi sebagai petani mengikuti penyuluhan.

Ketua tim sekaligus penanggungjawab program Randi Fajrirahman mengungkapkan bahwa program ini sebelumnya tidak termasuk dalam rancangan program kerja. Program ini untuk menjawab keresahan petani tambak Desa Somosari terhadap harga pupuk pakan ikan yang melonjak naik akibat pengurangan subsidi dari pemerintah. 

“Mayoritas mata pencaharian warga di sini adalah petani tambak dan sawah yang sangat menggantungkan hidup pada pertanian dan perikanan. Sehingga kelompok kami berinisiatif memecahkan permasalahan ini dengan menyelenggarakan penyuluhan penggunaan dan memperbanyak pupuk hayati untuk warga Desa Somosari,” ujar Randi.

Tujuannya, lanjut Randi, untuk mengedukasi warga desa mengenai manfaat pupuk hayati serta cara penggunaan dan perbanyakannya. Dalam jangka panjang, ia bersama tim ingin para petani mulai beralih ke pupuk hayati sebagai alternatif peningkatan hasil produksi tambak dan sawah di desa dengan harga yang lebih terjangkau.

Produksi Pupuk Menggunakan Tetes Tebu

Dalam pemaparannya, Agus menyebutkan bahwa produksi pupuk berasal dari campuran air dan tetes tebu dengan konsentrasi lima persen. Setelah itu, cairan tersebut ditambahkan pupuk hayati sebanyak sepuluh persen. Langkah itu untuk memperbanyak kuantitas pupuk.

Penyerahan sertifikat oleh perwakilan mahasiswa BBK kepada pemateri (Foto: Dokumentasi Panitia)

“Setelah proses pencampuran selesai, media tersebut disimpan dalam ruangan selama satu minggu dan jangan terkena sinar matahari langsung,” dosen biologi UNAIR itu menjelaskan teknik penyimpanan pupuk kepada warga desa.

“Setelah satu minggu pupuk hayati dapat kita gunakan langsung ke sawah atau ke tambak. Dosis pemakaian minimal 100 liter per hektar. Dalam setiap bulannya petani dapat menggunakan pupuk ini dua hingga tiga kali. Sedangkan untuk tambak cukup satu hingga dua kali saja,” imbuhnya.

Tidak hanya penyemaian, pupuk hayati itu juga bisa menjadi campuran pakan ikan atau udang dengan dosis satu liter pupuk per sepuluh kilogram. “Pencampuran hanya perlu disemprot tanpa perlu proses fermentasi apapun,” ungkapnya.

Di akhir pemaparan, Agus menyampaikan bahwa pupuk ini tidak hanya berfungsi sebagai pengganti pupuk kimia saja. Tetapi juga dapat menambah nafsu makan dan bobot ikan, bahkan waktu panen menjadi lebih singkat.

“Karena pupuk ini memiliki manfaat untuk menyuburkan plankton atau alga sebagai pakan alami pada tambak perikanan,” tutur Agus.

Pastikan Keberlanjutan Program

Demi memastikan keberhasilan program, Randi dan kelompok membuat panduan standar operasional prosedur (SOP) pembuatan dan penggunaan pupuk hayati untuk seluruh petani di Desa Somosari.

“Kami juga telah menjembatani Kepala Desa Somosari dengan Bapak Agus yang juga merupakan supplier pupuk hayati. Sehingga, kedepannya Desa Somosari dapat melakukan  pemesanan pupuk hayati secara mandiri,” ungkap Randi dalam sesi wawancara.

Foto bersama mahasiswa BBK UNAIR, pemateri, dan warga Desa Somosari. (Foto: Dokumentasi Panitia)

“Penggunaan pupuk hayati telah diuji coba di salah satu tambak yang ada di desa. Jika hasilnya bagus maka penggunaan pupuk hayati akan dilakukan secara berkelanjutan di Desa Somosari,” Randi menekankan uji coba produk canangan kelompoknya.

Randi merasa sangat bersyukur dapat menjawab keresahan masyarakat tentang lonjakan harga pupuk dan pengurangan subsidi melalui proker itu.

“Di sini kami memberikan solusi yang dapat meringankan beban pembelian pupuk sekaligus dapat meningkatkan produksi ikan dan padi. Kami memberikan penyuluhan mengenai manfaat dan cara penggunaannya langsung oleh pakarnya,” tutupnya di akhir sesi wawancara. (*)

Penulis: Aidatul Fitriyah

Editor: Binti Q Masruroh