Universitas Airlangga Official Website

Gagas Edukasi Korupsi Pendekatan Kultural, Mahasiswa UNAIR Lolos Pendanaan CIFest

Dari kiri: Panca Ezza Aisal Saputra, Tuffahati Ullayyah, Aulia Thaariq Akbar, Marsha Nafisa Hermawan, dan M Rizqi Senja Virawan Lolos Pendanaan CIFest KPK. (Foto: Arsip Pribadi)
Dari kiri: Panca Ezza Aisal Saputra, Tuffahati Ullayyah, Aulia Thaariq Akbar, Marsha Nafisa Hermawan, dan M Rizqi Senja Virawan Lolos Pendanaan CIFest KPK. (Foto: Arsip Pribadi)

UNAIR NEWS – Sesuai dengan motto Excellent with Morality, mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) terus berusaha menghadirkan manfaat untuk masyarakat. Kali ini, empat mahasiswa asal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Aulia Thaariq Akbar, Panca Ezza Aisal Saputra, Tuffahati Ullayyah, Marsha Nafisa Hermawan, dan satu lagi asal Fakultas Hukum (FH), M Rizqi Senja Virawan. Kelimanya berhasil lolos pendanaan Campus Integrity Festival (CIFest) pada Kamis (10/8/2023).

CIFest merupakan perlombaan dengan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) sebagai penyelenggara. Kompetisi ini mengajak mahasiswa mengkampanyekan nilai-nilai integritas.

Atha selaku ketua tim mengungkapkan bahwa mereka membuat suatu komunitas epistemikbertajuk Yo Iki CAK (Civitas Anti Korupsi) yang berfokus pada bidang pendidikan. “Komunitas ini hadir sebagai wadah untuk menumbuhkan nilai-nilai anti korupsi,” ujarnya.

“Mengingat Surabaya merupakan kental dengan nilai-nilai budaya, jadi di sini kita akan memberikan edukasi terkait anti korupsi dengan pendekatan kultural. Terlebih lagi, UNAIR selama ini gencar dengan iklan zona integritas anti korupsi. Dengan begitu, kita berharap edukasi yang kita berikan dapat dipahami oleh mahasiswa UNAIR,” ungkap ketua BEM FISIP UNAIR itu.

Selain itu, komunitas ini akan membuat beberapa program. Yaitu, ensiklopedia yang berisi tentang penanggulangan korupsi, talkshow anti korupsi dengan narasumber yang kompeten di bidangnya, lomba konten edukatif terkait pemberantasan korupsi, dan teater ludruk yang membahas nilai-nilai integritas anti korupsi.

Logo Komunitas EpistemikYo Iki CAK (Civitas Anti Korupsi). (Foto: Arsip Pribadi)

“Kenapa menggunakan ludruk? Karena kami ingin mahasiswa menikmati setiap pesan yang disampaikan melalui kesenian ini. Sehingga, mereka dapat lebih menangkap pesan moral yang disampaikan,” ujar Atha.

Lolos Pendanaan

Berkat program kreatif yang mereka gagas, mereka berhasil mengalahkan kontestan lain dalam program canangan KPK itu.

“Alhamdulillah bisa lolos pendanaan. Karena jujur ini mungkin pertama kali kita mengikuti lomba seperti ini. Harapannya, ini nggak hanya jadi prestasi kita tapi juga bermanfaat buat teman-teman yang lain,” mahasiswa FISIP UNAIR itu merasa bersyukur dengan pencapaian timnya.

“Kami juga berharap program ini dapat berjalan secara sustain tidak hanya saat kegiatan berlangsung saja. Mungkin nanti juga bisa menjadi gerakan menumbuhkan nilai-nilai integritas di UNAIR,” imbuhnya.

Atha mengungkapkan nantinya akan melaksanakan open volunteer karena keterbatasan sumber daya manusia dalam komunitas tersebut untuk mengelola program yang akan berlangsung.

Menurut Atha, program yang dicanangkan KPK ini inovatif. Mengingat, selama ini KPK hanya mendapatkan stigma sebagai penangkap koruptor saja. Lebih dari itu, ternyata KPK juga menyediakan pendidikan terkait mitigasi korupsi. (*)

Penulis: Aidatul Fitriyah

Editor: Binti Q. Masruroh