Universitas Airlangga Official Website

Praktik dan Pengetahuan Individu Dewasa di Indonesia tentang Pengkonsumsian Suplemen Makanan selama Pandemi COVID-19

Foto by Generali Indonesia

Wabah COVID-19 telah merenggut total 6.540.487 nyawa per Oktober 2022. Lebih dari 90% kematian akibat COVID-19 melibatkan kondisi medis sebelumnya, di mana 66% pasien memiliki sindrom metabolik, kondisi patologis akibat obesitas, resistensi insulin, hipertensi, dan hiperlipidemia. Pasien yang memiliki satu atau dua penyakit penyerta berhubungan dengan kasus morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi pada COVID-19. Hal ini disebabkan gangguan fungsi akibat efek sekunder dari kolesterol HDL, peradangan sistemik yang berkepanjangan. Selain itu, tingginya risiko serangan jantung dikaitkan dengan penyakit penyerta yang mendasari sindrom metabolik.

Semua komplikasi medis tersebut dapat dicegah dengan deteksi dini, aktif, dan memenuhi kebutuhan fisiologis akan vitamin dan mineral esensial. Selain itu, kekurangan vitamin C, B6, D, dan E dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik. Sehubungan dengan pandemi, telah terjadi perubahan signifikan dalam cara penyedia layanan kesehatan dan masyarakat umum memandang suplemen makanan. Banyak pihak mengklaim bahwa suplemen makanan dapat melindungi dan menurunkan keparahan dari infeksi COVID-19. Sebuah studi yang dilakukan di Inggris pada 445.850 peserta menunjukkan hubungan yang signifikan antara penggunaan multivitamin, asam lemak omega-3, dan suplemen vitamin D3 dengan risiko SARS-CoV-2 yang lebih rendah. Di Indonesia sendiri, pasien yang positif terinfeksi COVID-19 diberikan suplemen multivitamin. Sayangnya, konsumsi suplemen makanan yang tidak terkontrol dan berlebihan dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan, seperti masalah ginjal, kanker, dan dapat terjadinya interaksi obat-herbal.

Peningkatan konsumsi suplemen makanan diamati selama pandemi COVID-19, terutama selama periode pasca gelombang varian Delta. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur praktik konsumsi dan pengetahuan responden tentang suplemen makanan. Survei berbasis internet yang disebar pada bulan Oktober-Desember 2021. Analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan praktik konsumsi suplemen makanan, termasuk frekuensi, durasi, tujuan, bentuk dosis yang lebih disukai, dll. Tingkat pengetahuan tentang prinsip suplemen makanan, efek samping dan regulasi juga diukur. Analisis inferensial dilakukan untuk menentukan prediktor praktik suplemen makanan responden dan tingkat pengetahuan. Data dari 541 respon valid menunjukkan bahwa 77,63% responden mengkonsumsi suplemen makanan dalam 3 bulan terakhir, dengan hanya 59,52% yang melaporkan juga mengkonsumsi suplemen makanan sebelum pandemi COVID-19. Setengah dari responden memiliki pengetahuan yang baik tentang suplemen makanan; namun, beberapa pengetahuan tentang efek samping dan kemungkinan interaksi obat-suplemen perlu ditingkatkan. Praktik konsumsi suplemen makanan dipengaruhi oleh status ekonomi dan riwayat tertular COVID-19. Namun demikian, tingkat pengetahuan tidak dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi dan pengalaman dalam mengkonsumsi suplemen makanan.

Secara keseluruhan, praktik konsumsi suplemen makanan sendiri di Indonesia semakin meningkat; karenanya, pengetahuan tentang suplemen makanan diperlukan untuk menghindari efek merugikan yang mungkin terjadi di masa depan. Peningkatan akses informasi tentang pelabelan suplemen makanan dan mendidik konsumen tentang suplemen makanan adalah tindakan yang perlu dilakukan.

Penulis: Annette d’Arqom, dr., M.Sc.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

d’Arqom A, Nasution MZ, Kadir SZSA et al. Practice and knowledge of dietary supplement consumption among Indonesian adults post-delta wave of the COVID-19 pandemic [version 2; peer review: 3 approved]. F1000Research 2023, 12:3 (https://doi.org/10.12688/f1000research.129045.2)