UNAIR NEWS – Indonesia terus menggalang upaya untuk cegah stunting. Stunting telah menjadi tantangan serius dalam kesehatan anak-anak yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan generasi mendatang. Menyadari konsekuensi serius ini, pemerintah telah meluncurkan serangkaian inisiatif yang bertujuan untuk cegah dan mengurangi angka stunting.
Kepada UNAIR NEWS (17/8/2023), Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sri Sumarmi SKM MSi mengatakan, secara sederhana stunting bisa terlihat dari pertumbuhan anak yang tidak optimal, alias pendek. Hal ini bisa disebabkan karena asupan gizi yang kurang bagi si anak. Padahal gizi menjadi faktor penting bagi masa pertumbuhan
“Kalau asupan makanan kurang, mangkanya pembentukan sel-sel jadi tidak optimal. Pembentukan otot, tulang, juga termasuk sel otak. Oleh karena itu stunting ini perlu diatasi karena cita-cita bangsa kita ingin menjadikan generasi kedepan itu baik,” ujarnya.
Kualitas Bonus Demografi
Ia menjelaskan bahwa negara yang maju harus mendapat dukungan dari manusia yang cerdas, sehat, dan berkualitas. Oleh karenanya, bonus demografi tidak boleh sebatas tentang kuantitas semata, melainkan kualitas masyarakatnya. Peran orang tua sebagai garda terdepan pemberantasan stunting perlu diperkuat.
Tambahnya, 1000 hari pertama kehidupan atau golden period menjadi fokus utama program stunting. Karena golden period tersebut lah yang akan menjadi penentu bagi seorang anak sampai dewasa nanti. Jelasnya, bila nampak lebih jauh, anak yang terkena stunting juga sangat rentan terkena penyakit dan faktor risiko lainnya sebab tubuhnya tidak optimal.
“Mereka yang terkena stunting sangat mudah mengalami kegemukan. Kalau gemuk, dia mudah terkena penyakit lainnya, diabetes melitus, tekanan darah, cardiovascular disease. Selain itu penyakit tidak menular lainnya,” tambah Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur tersebut.
Perlu Penyiapan Orang Tua
Selain itu, Prof Mamik menuturkan bahwa penanganan stunting tidak hanya ketika anak lahir, melainkan harus ada persiapan bahkan ketika sebelum kehamilan. Ibu harus mendapat edukasi tentang kecukupan gizi ketika hamil untuk memastikan sang janin dalam keadaan baik. Dari itu, proses ini merupakan proses yang berkesinambungan dan tidak terpisah.
“Jangan sampai ibunya kurus, kurang darah, pucat. Itu yang harus ada perbaikan dulu. Harus sekali ada intervensi untuk calon pengantin dengan layanan pra nikah,” ungkapnya
Ia berpesan agar orang tua atau pun calon orang tua harus peduli dengan pertumbuhan anak. Selalu rutin konsultasikan perkembangan anak ke posyandu terdekat dan segera periksakan apabila nampak ada kondisi anak yang kurang baik. (*)
Penulis: Afrizal Naufal Ghani
Editor: Nuri Hermawan
Baca Juga: Guru Besar FKM UNAIR Raih Penghargaan Penggerak Kampung Emas