Universitas Airlangga Official Website

BEM KM Psikologi Adakan Diskusi Peran Literasi Digital Politik bagi Gen Z

Diskusi Digital Political Literacy for Gen Z bersama Aransha Karnilla Nadia Putri MSc dan Rahardian Satya Mandala Putra. (Sumber: SS Zoom)

UNAIR NEWS – BEM KM Psikologi, Universitas Airlangga, mengadakan Forum Diskusi (FORDIS) mengangkat tema “Digital Political Literacy for Gen Z As a First-time Voter”. Diskusi ini mengundang Aransha Karnilla Nadia Putri MSc, alumni Psikologi UNAIR. Selain itu, turut menghadirkan Rahardian Satya Mandala Putra, Founder Edupolithink sekaligus mahasiswa Fakultas Hukum, UNAIR.

Mengenal Generasi Z

Diskusi dua arah ini berlangsung pada Minggu (17/9/2023) dengan membahas literasi politik era digital bagi Gen Z dari dua sudut pandang yang berbeda. Shasha sapaan akrabnya menjelaskan karakteristik Gen Z jika dilihat dari aspek psikologi. Menurutnya generasi itu lebih kritis terhadap sebuah permasalahan karena memiliki akses mudah pada internet.

“Generasi Z tentu berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi ini lahir pada era kemudahan digital yang mudah diakses siapa saja. Namun, di sisi lain generasi ini juga memiliki kecemasan yang berlebih dari generasi lain,” tuturnya.

Pernyataan tersebut disetujui Mandala. Baginya Generasi Z yang kritis terhadap pemilu akan memastikan masing-masing pasangan calon mempunyai gagasan konkrit yang sejalan dengan mereka. 

Lebih lanjut Mandala menyampaikan Gen Z termasuk pemilik suara terbanyak pada pemilu 2024. Tidak heran, tambahnya, banyak partai politik berusaha membangun branding yang berhubungan dengan daya kritis anak muda untuk mengambil suara dari Generasi Z. Namun, Mandala mengamati upaya partai politik tersebut belum mampu membuat gagasan-gagasan yang diinginkan generasi itu. 

“Saya belum bisa melihat branding dari 3 pasangan capres dan cawapres yang sama dengan pemikiran anak muda zaman sekarang. Mereka masih menempatkan diri dengan mengikuti pasangan calon periode lalu dalam berkampanye,” tuturnya.

Sejalan dengan gagasan tersebut, Shasha juga belum melihat calon legislatif melakukan diskusi 2 arah dengan Gen Z. “Anak muda identik suka dengan sesuatu yang apa adanya bahkan terkesan blak-blakan. Kondisi tersebut belum capres dan cawapres manfaatkan membuka diskusi bersama sehingga banyak Generasi Z yang tidak tertarik kepada salah satu dari mereka,” jelasnya.

Media Sosial sebagai Literasi Digital Politik

Mandala memandang media sosial saat ini dapat menjadi salah satu ruang berpolitik untuk menyampaikan kampanye saat tahun pemilu berlangsung. Dia juga menyebutkan bahwa medsos memudahkan informasi dari banyak sumber terakses dan terbaca secara mudah tanpa mengetahui kebenaran berita oleh penggunanya. 

“Kampanye tahun ini calon pasangan dalam pemilu lakukan dengan pendekatan berbeda dari sebelumnya. Kalau kemarin-kemarin kita lihat ada aksi blusukan. Kali ini tidak menutup kemungkinan hanya mengandalkan medsos untuk membangun citra positif kepada kalangan masyarakat,” ungkapnya.

Sisi positif medsos tersebut Shasha tanggapi dengan menguraikan kelemahan medsos berupa pemberitaan berita buruk. Baginya pengguna medsos khususnya Generasi Z harus mencari tahu kebenaran informasi terlebih dahulu sebelum beropini lebih lanjut. “Jangan terpaku pada 1 sumber berita saja tetapi cek dahulu permasalahannya di internet,” tutupnya.

Penulis: Iratri Puspita

Editor: Nuri Hermawan

Baca Juga: Uji Publik Pasangan Calon Ketua BEM KM SIKIA UNAIR 2023